PT Adhi Karya Tbk (ADHI) mencatat perolehan kontrak baru sebesar Rp 6,2 triliun hingga September 2020. Capaian tersebut setara 22,55% dari target kontrak baru tahun ini yang ditetapkan Rp 27,5 triliun. Target tersebut telah dipangkas dari semula Rp 35 triliun.
Dari revisi target tersebut, Analis Sucor Sekuritas Joey Faustian memprediksi Adhi Karya akan memperoleh kontrak baru senilai Rp 13,5 triliun. Hal ini sejalan dengan kemampuan Adhi Karya dalam memperoleh kontrak baru yang terbatas karena gearing ratio yang cukup tinggi yaitu 1,8 kali dengan rata-rata sektor 1,7 kali. “Sehingga kemampuan untuk membiayai working capital menggunakan new bank loans ataupun surat utang terbatas,” kata Joey
Selain itu, persaingan antar kontraktor cukup ketat di tengah pandemi Covid-19 karena jumlah proyek yang dilelang tidak banyak. Joey memproyeksikan Adhi Karya akan membukukan pendapatan Rp 14,44 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 131,5 miliar pada tahun ini.
Bila terealisasi, maka pendapatan ADHI bisa turun 5,68% secara tahunan (yoy) dari Rp 15,31 triliun di tahun 2019. Sedangkan laba bersih akan melorot 80,2% yoy dari Rp 663,28 miliar.
Dus, Joey masih merekomendasikan hold saham ADHI untuk jangka pendek sampai menengah sembari melihat potensi pemulihan yang signifikan yang diprediksi baru akan terjadi di semester II-2021.
Adapun, di tahun ini ADHI telah mendapatkan kontrak baru antara lain proyek MRT fase 2 bangunan bawah tanah senilai Rp 4,04 triliun, pembangunan jaringan gas perumahan di Aceh dan Sumatra Utara senilai Rp 142,1 miliar, pembangunan simpang susun di Sragen Rp 129,4 miliar, proyek daerah jaringan irigasi di Kudus senilai Rp 161,5 miliar dan preservasi jalan lintas timur Sumatra senilai Rp 439,6 miliar.
ADHI menargetkan perolehan kontrak baru tahun ini sebesar 85,2 % berasal dari segmen konstruksi 85,2%, industri 5,5%, properti 5,2% dan energi 4,1%.
Sumber Kontan, edit koranbumn