Emiten konstruksi PT Adhi Karya Tbk (ADHI) siap mengikuti lelang tender pemerintah untuk tahun anggaran 2021. ADHI optimistis komitmen pemerintah untuk tetap mengembangkan infrastruktur di 2021 akan memberikan dampak yang positif bagi perusahaan.
Sekretaris Perusahaan Parwanto Noegroho mengatakan ADHI akan fokus menyasar proyek-proyek infrastruktur baik sumber daya air, konektivitas, hingga pemukiman. Hal ini didukung juga dengan pengalaman ADHI yang selama ini pendapatannya masih didominasi sekitar 70-80 persen oleh proyek-proyek infrastruktur.
“Untuk tahun depan ADHI tetap menyasar proyek infrastruktur,” kata Parwanto
Dari sisi likuiditas, Parwanto mengatakan, ADHI sangat mampu karena cukup didukung oleh pembayaran proyek-proyek besar ADHI seperti Jalan Tol Sigli-Banda Aceh dan LRT Jabodebek. Selain itu ADHI juga berencana menerbitkan obligasi sebanyak-banyaknya sebesar Rp 2 triliun pada November yang akan digunakan salah satunya untuk modal kerja proyek-proyek infrastruktur.
Hingga September 2020, Parwanto menurutkan, ADHI mencatat perolehan kontrak baru sebesar Rp6,2 triliun. Perolehan tersebut naik sebesar 32 persen dibandingkan perolehan kontrak baru pada bulan sebelumnya sebesar Rp 4,7 triliun. Sehingga nilai total Order Book sebesar Rp 36,7 triliun.
Sedangkan pada tipe pekerjaan, perolehan kontrak baru terdiri dari proyek Gedung sebesar 37 persen, MRT sebesar 23 persen, jalan dan jembatan sebesar 20 persen, serta proyek Infrastruktur lainnya seperti pembuatan bendungan, bandara, dan proyek-proyek EPC sebesar 20 persen.
Berdasarkan segmentasi kepemilikan, realisasi kontrak baru dari Pemerintah sebesar 74 persen dan BUMN sebesar 20 persen. Sementara realisasi kobtrak baru dari Swasta dan lainnya sebesar 6 persen.
Proyek-proyek besar yang sudah ADHI miliki di 2020 ini antara lain, MRT Jakarta North-South Fase 2 paket CP 201 senilai Rp1,4 trliun, Irigasi di Cipelang senilai Rp 301,8 miliar, Oyama Apartemen di Sunter senilai Rp 201 miliar, dan lainnya. Pada akhir tahun diperkirakan ADHI akan memperoleh kontrak baru senilai Rp 25 triliun-27 triliun.
Sumber republika, edit koranbumn