Perusahaan Umum (Perum) Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia (DAMRI) berfokus memperbaiki struktur keuangannya sebelum bisa beli bus listrik. Rencananya, DAMRI akan minta pinjaman dari Asian Development Bank (ADB).
Direktur Utama Perum DAMRI, SN Milatia Moemin mengatakan pihaknya sejak 2018 sudah merencanakan ekspansi besar bus listrik, tetapi karena belanja modal cukup besar, butuh waktu agar dapat pinjaman yang tepat. Pihaknya fokus memperbaiki struktur keuangannya agar mendapatkan rating yang baik dan sesuai persyaratan pinjaman dari ADB yang wajib minimal dengan rating B+.
“Bus listrik itu upfront expense besar, kami harus perbaiki dari awal, harus ubah struktur keuangan jadi saat sampai ke masyarakat bisa lebih murah. Pasalnya, pakai pinjaman komersial bank berat sekali untuk DAMRI,” jelasnya, Rabu (12/8/2020).
Menurutnya, jika DAMRI menggunakan pinjaman dari perbankan, bunga pinjamannya lebih tinggi dari ADB sehingga beban yang diberikan kepada masyarakat berupa tarif akan lebih besar.
Milatia memiliki dua skema pengadaan bus listrik di layanan DAMRI, yakni melalui penggantian bus angkutan bandara soekarno-hatta dan masuk ke pengadaan bus dari Transjakarta.
“Skema pertama DAMRI mengganti 400-500 unit bus yang ada di Bandara Soekarno Hatta dalam 5 tahun, 70 persen dari armada itu, ini skema awal,” urainya.
Dia sudah mengevaluasi 30 rute DAMRI ke Bandara Soekarno-Hatta dan hasilnya terdapat tiga rute potensi operasi bus listrik tahap awal 50 bus. Ketiga rute tersebut, Gambir, Rawamangun, Bekasi atau Gambir, Rawamangun, Bogor. Adapun skema kedua, masuk menjadi layanan Transjakarta (TJ). Hal ini sangat bergantung dari TJ, imbuhnya, karena menjadi hak TJ memilih operator bus listrik yang bekerja sama dengannya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn