Angka kecelakaan kerja di sektor konstruksi di dunia pada umumnya lebih tinggi dari angka kecelakaan di sektor lainnya seperti sektor manufaktur maupun industri. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya angka kecelakaan konstruksi antara lain adalah pekerjaan yang berisiko tinggi, kurangnya tenaga ahli K3 Konstruksi, serta rendahnya kesadaran pekerja di lapangan. Membuktikan komitmennya sebagai agen pembangunan yang selalu memberikan kualitas terbaik di setiap karyanya, PT Brantas Abipraya (Persero) menggelar pembinaan dan pelatihan untuk Ahli Muda Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk para Insan Abipraya. Diadakan selama lima hari dari tanggal 25 Juli-29 Juli 2022, kegiatan ini diikuti secara hybrid oleh Insan Abipraya yang berada di Kantor Pusat maupun di proyek-proyek Abipraya yang tersebar di Indonesia.
“Penyediaan infrastruktur yang berkualitas tentunya harus didukung oleh tenaga kerja konstruksi yang ahli dan kompeten. Selain untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja, kegiatan ini kami adakan untuk pemenuhan regulasi Kementerian PUPR,” ujar Wahyu Herry Sasongko selaku Senior Manager QHSE Brantas Abipraya.
Ditambahkan Wahyu adapun regulasi yang dimaksud adalah peraturan Kementerian PUPR Nomor 10 Tahun 2021 terkait Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK), merupakan pemenuhan terhadap Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan dengan menjamin keselamatan keteknikan konstruksi, keselamatan dan Kesehatan kerja, keselamatan publik, dan keselamatan lingkungan. Sehingga kesiapan tenaga ahli konstruksi menjadi sangat mutlak, baik dari segi kualitas atau kompetensi maupun kuantitas untuk mendukung pembangunan infrastruktur nasional. Permasalahan K3 Konstruksi yang pada umum menjadi penyebab banyaknya kecelakaan kerja seperti rendahnya pemahaman dan kepekaan terhadap bahaya dan risiko konstruksi.
Adanya pelatihan ini selain dapat meningkatkan kompetensi para Ahli Muda K3 Abipraya, namun juga dapat memitigasi adanya kecelakaan kerja yang menyebabkan kerugian material, korban jiwa, gangguan kesehatan dan mengganggu produktifitas Perusahaan. Apalagi, lanjut Wahyu, para peserta pelatihan Ahli Muda K3 Konstruksi ini nantinya bakal mengantongi sertifikasi dan lisensi serta surat keterangan penunjukkan dari Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia.
Dukungan penuh Brantas Abipraya pada kegiatan-kegiatan K3 ini adalah salah satu bukti komitmennya dalam memberikan sokongan terhadap implementasi budaya K3 khususnya di dunia kerja. Keseriusan Brantas Abiparaya akan penerapan K3 ini pun telah membuahkan banyak prestasi, diantaranya tahun ini adalah penghargaan K3 tingkat dunia kategori Gold bintang empat yang diraih dalam ajang Penghargaan K3 yang diselenggarakan oleh WSO Indonesia Safety Culture Award (WISCA) tahun 2022 (22/2).
Tak hanya itu, pada Juni lalu BUMN yang dikenal sebagai champion infrastruktur air khususnya bendungan ini berhasil mengantongi penghargaan dari kategori zero accident juga pencegahan dan penganggulangan COVID-19 (P2 COVID-19). Penghargaan inipun langsung diserahkan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Energi Provinsi DKI Jakarta Drs. Andri Yansyah, M.H dalam acara Penutupan Bulan K3 Tahun 2022 Provinsi DKI Jakarta. Tak tanggung, BUMN ini langsung sabet empat penghargaan yaitu, Kantor Pusat Brantas Abipraya untuk kategori Zero Accident dan untuk kategori P2 COVID-19 penghargaan Platinum; Proyek Rusun Cakung Barat, penghargaan Gold; dan Proyek Sodetan Museum Bahari, penghargaan Gold.
Selain itu, Brantas Abipraya juga telah berhasil mengantongi penghargaan atas penerapan K3 kategori Zero Accident untuk proyek Jerukduwel – Baran – Duwet yang berlokasi di Kabupaten Gunung Kidul D.I Yogyakarta yang pekerjaannya telah rampung pada awal tahun 2022 ini. “Raihan dan upaya kami dalam memenuhi K3 unggul ini menunjukkan bahwa Brantas Abipraya tak hanya fokus pada keselamatan dan kesehatan kerja saja, namun juga menghasilkan karya-karya yang tercepat dalam penyelesaian (faster), terbaik dalam kualitas (better), efisien dalam biaya pelaksanaan (cheaper) serta tentunya terjamin keamanan konstruksinya dan keselamatan para pekerjanya (safer)” tutup Wahyu.