PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) tengah memproses akuisisi 100 persen saham PT Bank Victoria Syariah (BVS). Direktur Utama BTN, Nixon L.P. Napitupulu, mengatakan nilai akuisisi meningkat dari Ringkasan Rancangan Pengambilalihan sebelumnya yang sebesar Rp 1,06 triliun, menjadi Rp 1,5-1,6 triliun.
“Nilainya kurang lebih Rp 1,5-1,6 triliun,” ujar Nixon di Menara BTN, Jakarta, Rabu (12/3).
Menurut dia, BTN rela merogoh kocek lebih dalam lantaran perseroan akan mendapat Surat Berharga Negara (SBN) milik BVS. SBN dinilai memiliki nilai valuasi yang jelas dan mudah diketahui hanya dengan melihat nomor seri instrumen tersebut. Selain itu dari sisi aset, BTN juga akan mengambil loan equity dari perusahaan tersebut.
“SBN itu kan hanya untuk valuasinya gampang kan, lihat seri nomornya bener apa nggak dia punya. Kan gampang, tanya kustodi-nya saja. Berapa harganya pun langsung ketahuan,” jelasnya.
“Kredit dan DPK-nya diambil mereka. Kita nggak beli,” lanjut Nixon.
Ia menambahkan bahwa model bisnis BVIS nantinya akan mengikuti BTN Syariah, dengan berfokus pada bisnis kredit pemilikan rumah (KPR) berbasis syariah. “Pasti, langsung ke KPR syariah. Ikut gaya BTN,” tuturnya.
Nixon menargetkan BTN Syariah mulai beroperasi setelah Oktober 2025. Dalam UU No. 4 Tahun 2023 tentang Penguatan Sektor Keuangan, bank umum konvensional yang memiliki anak usaha bank syariah mewajibkan BTN untuk segera menyapih unit usaha syariahnya sebelum tahun 2026.
“Kita bayar, kita ambil banknya, lalu kita kosongkan, sesuai perjanjian dikosongkan, lalu Oktober baru kita turunkan BTN Syariah ke sana,” tambahnya.
Sebelumnya, berdasarkan Ringkasan Rancangan Pengambilalihan yang telah diterbitkan kedua belah pihak ke publik di media massa, Senin (20/1), Victoria Investama merupakan pemegang saham mayoritas BVIS dengan kepemilikan 80,18 persen saham, disusul Bank Victoria International sebesar 19,80 persen, dan BHP Jakarta 0,0016 persen.
Melalui akuisisi tersebut, BTN akan menjadi pemilik penuh Bank Victoria Syariah dengan kepemilikan saham sebanyak-banyaknya sebesar 100 persen dari seluruh modal ditempatkan disetor penuh dalam BVIS.
Sumber Kumparan, edit koranbumn