Berdasarkan laporan keuangan, laba IPCC naik 28,55% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp148,02 miliar.
Sejalan dengan laba, pendapatan pokok IPCC naik 12,7% yoy menjadi Rp660,24 miliar per kuartal III/2025, dibandingkan pendapatan pada kuartal III/2024 sebesar Rp585,82 miliar.
Pertumbuhan pendapatan IPCC utamanya didorong oleh segmen completely built up (CBU) yang naik 19,67%, dengan kontribusi pasar internasional mencapai 10,17% dan domestik sebesar 9,50%.
Secara keseluruhan, pendapatan berdasarkan layanan terdiri atas 78% dari segmen internasional dan 22% dari segmen domestik. Adapun, komposisi pendapatan per jenis kargo yakni 77% CBU, 11% alat berat, 9% truck/bus, 2% general cargo/spareparts, dan 1% kargo lainnya.
Direktur Utama IPCC Sugeng Mulyadi mengatakan dengan capaian pertumbuhan laba serta pendapatan, perseroan optimistis untuk dapat melampaui 2025 dengan harapan tumbuh di atas 20%, didukung dengan upaya mempertahankan fundamental perseroan yang telah berjalan baik sesuai dengan tata kelola.
“Upaya-upaya penerapan strategi dan inovasi bisnis perseroan dalam bentuk optimalisasi dan digitalisasi pelayanan, perluasan pasar pada layanan operasi dengan carmaker, serta efektifitas pola kerja dengan mengutamakan peningkatan pelayanan yang terintegrasi dalam ekosistem kendaraan guna meningkatkan value bagi pelanggan,” kata Sugeng dalam keterangan tertulis pada Selasa (21/10/2025).
Sementara itu, IPCC mencatatkan beban pokok pendapatan sebesar Rp371,75 miliar per kuartal III/2025, naik 8,28% yoy. Laba bruto IPCC pun naik 18,94% yoy menjadi Rp288,48 miliar.
Dari sisi neraca, Direktur Keuangan IPCC Wing Megantoro mengatakan kinerja IPCC menunjukkan kondisi yang sehat dan memiliki fundamental yang solid serta tidak memiliki pinjaman (debt free company).
Terdapat peningkatan aset sekitar 4,21% dari Rp1,85 triliun pada akhir 2024 menjadi Rp1,92 triliun pada kuartal III/2025. Adapun, liabilitas perseroan mencapai Rp586,72 miliar per kuartal III/2025 dengan ekuitas mencapai Rp1,32 triliun.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Sumber Bisnis, edit koranbumn
















