Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) masih mendominasi simpanan perbankan di Indonesia. Tak tanggung-tanggung, nilai simpanan atau dana pihak ketiga (DPK) bank pelat merah ini mencapai Rp 3.191,7 triliun pada 2021.
Jika dirinci, DPK itu berasal dari Bank BRI Rp 1.138,7 triliun, Bank Mandiri Rp 1.291,1 triliun, Bank BNI Rp 729,17 triliun dan BTN Rp 295,98 triliun. Artinya, porsi empat bank besar itu mencapai 45,78% dari total simpanan industri sebesar Rp 7.546 triliun.
Diperkirakan simpanan Bank Himbara terus meningkat seiring bertambahnya jumlah nasabah serta simpanan berbentuk deposito, tabungan dan giro. Dibarengi dengan ekspansi bisnis, perluasan layanan dan inovasi produk yang mereka kembangkan.
Bank BRI misalnya, berhasil menghimpun dana Rp 1.138,7 triliun. Tabungan masih mendominasi simpanan sebesar Rp 497,68 triliun. Kemudian giro Rp 220,59 triliun dan deposito Rp 420,48 triliun.
Dengan realisasi itu, Bank BRI menargetkan DPK tumbuh 7%-8% sepanjang 2022. Lantaran, likuiditas BRI masih longgar tercermin dari rasio kredit terhadap simpanan (LDR) BRI di level 83%.
“Kami optimistis karena semua syarat untuk tumbuh terpenuhi. Pertama likuiditas kita melimpah di 83%. Kedua, pertumbuhan kredit harus ditopang kecukupan kapital, karena setelah rights issue Rp 96 triliun pada tahun lalu,” kata Direktur Utama BRI Sunarso, pekan lalu.
Oleh sebab itu, Sunarso melihat secara internal, BRI sudah siap untuk melakukan ekspansi kredit yang lebih optimal di 2022. Sedangkan secara eksternal, daya beli masyarakat meningkat, konsumsi rumah tangga tumbuh, dan ada kecenderungan masyarakat mengunakan tabungan untuk belanja dan investasi.
Tak berbeda, DPK Bank Mandiri ikut tumbuh 12,8% yoy menjadi Rp 1.291,1 triliun pada 2021. Perusahaan menargetkan kredit tahun ini tumbuh di atas 8% dan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh di kisaran 8%-10.
Direktur Keuangan Bank Mandiri Sigit Prastowo bilang, bank akan berupaya menjaga rasio dana murah di kisaran 73%-75% sehingga biaya dana bisa tetap terjaga rendah. Kemudian fokus pada bisnis wholesale.
“kami akan bertumbuh di aset business lending, fokus pada pengembangan kredit berbasis kewilayahan, akuisisi untuk loan follow transaction. Sedangkan di ritel kami akan fokus pada value chain, fokus pada kewilayahan dan akuisisi melalui digital channel livin by Mandiri,” jelas Sigit.
Pihaknya optimistis ekspansi bisnis tahun ini akan lebih baik dibandingkan tahun lalu sejalan dengan perkembangan pemulihan ekonomi nasional. Namun, dalam melakukan ekspansi organik, perseroan akan tetap melakukannya secara prudent.
Sementara dari sisi profitabilitas, Bank Mandiri memproyeksikan margin bunga bersih (NIM) akan berada di atas level 5% tahun ini. Kemudian penyaluran kredit juga diharapkan bisa tumbuh di atas 8%.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk juga berhasil kumpulkan DPK mencapai Rp 729,17 triliun atau tumbuh 15,5% yoy pada 2021. Menurut Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini, pencapaian itu membuat likuiditas BNI semakin melimpah.
“Penghimpunan DPK ini menguat di Kuartal 4 Tahun 2021, meskipun suku bunga simpanan terus menurun,” terang Novita.
Bekal DPK tersebut membuat BNI memiliki cadangan likuiditas yang tangguh dan siap digunakan jika permintaan kredit meningkat atau pasar obligasi berubah menjadi lebih baik tahun 2022. CASA BNI juga masih mendominasi DPK, yaitu terjaga pada level 69,4% dari seluruh DPK.
“CASA terdongkrak hingga 17,1% yoy menjadi Rp 506,06 triliun. Pertumbuhan dana murah ini mendorong perbaikan beban dana dari 2,6% pada akhir 2020 menjadi 1,6% tahun 2021,” imbuhnya
Sumber Kontan, edit koranbumn