Akibat pandemi Covid-19, bisnis penerbangan alami kelesuan tak terkecuali berdampak pula pada kondisi para operator bandara. PT Angkasa Pura I mencatat angka penerbangan angkutan udara di bandara kelolaan Angkasa Pura I baru mencapai 35% hingga Juli 2020. Sementara, kapasitas penumpang tercatat baru 17% dibanding kondisi normal.
Hal tersebut disebabkan tingkat keyakinan calon penumpang untuk menggunakan jasa angkutan udara masih belum menguat sepenuhnya. Sebagian besar, masyarakat masih wait and see sebelum memutuskan terbang lagi.
Untuk bertahan di tengah kelesuan, Angkasa Pura I mengambil peluang di luar arus penumpang. Meski tengah tertekan namun bandara masih harus menjaga layanan operasional tetap prima. Akhirnya Angkasa Pura I mencetuskan survival strategy.
Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi menjelaskan, pandemi Covid-19 membuat krisis. Oleh karena itu, pihaknya merumuskan sejumlah strategi yang sebelumnya juga belum pernah dilakukan. “Ini krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya sehingga kami identifikasi risiko terhadap strategi, keuangan, dan operasional kami,” ujar Faik saat acara webinar, Rabu (22/7).
Faik menyebut, untuk menyelamatkan bisnis, Angkasa Pura I fokus kepada cashflow. “Bayangkan dengan kondisi pendapatan yang menurun signifikan, tapi kita juga harus mengeluarkan biaya karena memang kita harus tetap beroperasi,” katanya.
Selain itu, ada strategi lain yang tengah diterapkan yaitu, revenue enhancement. Angkasa Pura I ingin meraih pendapatan dari luar bisnis inti yang selama ini dilakukan. “Kita banyak melakukan aktivitas peningkatan portofolio bisnis yang tidak berhubungan dengan trafik penumpang. Termasuk di sini inisiatif pengoperasian pesawat fraighter cargo,” ujarnya.
Sebelumnya, Angkasa Pura tak memiliki layanan operasi ini. Namun saat ini terdapat 9 kali penerbangan kargo per pekan di rute domestik, bekerja sama dengan Pelita Air untuk menutup arus kas perusahaan.
“Ini bagian dari program revenue enhancement yaitu memanfaatkan angkutan logistik. Karena kalau di udara itu logistiknya tergantung pada angkutan penerbangan penumpangnya. Dengan banyaknya penerbangan penumpang yang cancel, angkutan kargonya menjadi tidak terangkut. Sehingga ini jadi opportunity kita,” jelasnya.
Faik mengaku, animo penumpang di bandara memang turun drastis akibat pandemi Covid-19. Menurutnya, jumlah penumpang yang biasanya 7,5 juta per bulan, pada Mei 2020 hanya mencapai 75.000 penumpang.
“Bisa dibayangkan hampir 99% trafik kita turun signifikan. Namun dengan kondisi sekarang situasi makin baik. Sampai Juli hasil pantauan kita rata-rata penerbangan sudah 35% dari normal,” katanya.
Faik menyebut, angkutan udara memang terlihat mengalami perlambatan dalam pemulihan pergerakannya. Padahal, menurut Faik, protokol kesehatan yang diterapkan sudah sangat ketat, meskipun di awal-awal penerapan kebiasaan baru terdapat beberapa masalah seperti penumpukan penumpang.
Kendati, hal tersebut telah teratasi dengan baik. Ke depan, Angkasa Pura I akan lebih aktif melakukan kampanye agar masyarakat tidak takut naik angkutan udara. “Protokol di angkutan udara sudah sangat baik dari sisi konsistensi, ketentuan sangat dipatuhi oleh pelaksanaan dan penumpang,” ujar Faik.
Sumber Kontan, edit koranbumn