Masih ingat peristiwa jatuhnya pesawat lion Air JT 610? Pasti kalian menyadari ada banyak satuan personel yang diterjunkan untuk mencari keberadaannya. Salah satunya adalah Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (Basarnas). Bersama aparat berwenang lainnya, mereka akan bergerak dalam misi kemanusiaan dan penyelamatan. Tak hanya diturunkan pada kasus kecelakaan Pesawat Lion Air JT 610, mereka juga terjun langsung menangani korban bencana, seperti gempa dan Tsunami di Palu beberapa waktu silam.
Dibalik segala tugas berat dan tanggung jawab ada sosok yang selalu dinantikan informasinya ketika terjadi sebuah bencana yaitu Kabasarnas Marsekal Madya Muhammad Syaugi.
Syaugi merupakan lulusan terbaik Akademi Angkatan Udara (AAU) tahun 1984. Setelah lulus dari AAU, Syaugi malang melintang dalam dinas militer TNI AU. Ia pernah menjadi bagian dari Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas). Syaugi juga pernah menjadi Komandan Skadron Udara 3, Pangkosek IV Biak, Komandan Lanud Iswahjudi dan Pangkoopsau I.
Syaugi bahkan pernah menjadi Atase Pertahanan RI di Moskow, Rusia. Ia adalah seorang pilot tempur yang menunggangi F-16 Fighting Falcon Skadron Udara 3 hasil dari program Peace Bima Sena 1. Berkat kecakapannya mengendalikan pesawat, M Syaugi bergabung dengan satuan elit pilot Indonesia yakni Tim Aerobatik Elang Biru TNI AU dan juga memecahkan rekor 2000 jam terbang dengan pesawat F-16 Fighting Falcon.
Per Januari 2019, Syaugi yang merupakan perwira tinggi TNI kini sudah menjadi purnawirawan TNI. Sebagai peserta Asabri yang menginjakkan masa pensiun, maka ada manfaat yang didapat yaitu pensiun pertama yang diberikan langsung kepada beliau. Asabri berkesempatan bertemu Kepala Basarnas tersebut untuk memberikan langsung Nilai Tunai Tabungan Asuransi (NTTA) kepada Mantan Dirjen Renhan Kemhan RI tersebut. Ini merupakan wujud apresiasi Asabri kepada Syaugi yang sudah mengabdi kepada negara selama 34 tahun.
Sumber ASABRI , edit koranbumn