Bank Mandiri melihat adanya peningkatan permintaan pada akhir tahun 2021 yang ditunjukkan dari peningkatan inflasi inti.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi inti pada Desember 2021 sebesar 1,56% yoy atau lebih tinggi dari 1,44% yoy pada bulan November 2021. “Ini mengindikasikan peningkatan permintaan, seiring dengan pemulihan ekonomi karena pelonggaran PPKM,” kata Faisal kepada Kontan.co.id, Senin (3/1).
Ke depan, Faisal pun memperkirakan tren inflasi masih akan meningkat. Ini didorong oleh peningkatan inflasi dari sisi permintaan (demand-pull inflation) karena peningkatan mobilitas publik seiring pelonggaran PPKM dan akselerasi vaksinasi. Peningkatan mobiltas dan inflasi ini pun akan berpotensi meningkatkan perputaran uang di masyarakat.
Tekanan inflasi juga datang dari sisi persediaan (cost-push inflation) yang juga ditunjukkan dari peningkatan Indeks Harga Produsen dan Indeks Harga Perdagangan Besar yang berada di atas inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK).
Selain itu, peningkatan inflasi di tahun depan juga didorong oleh peningkatan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 10% ke 11%, normalisasi kebijakan fiskal dan insentif pajak, peningkatan harga transportasi dan cukai hasil tembakau, peningakatan harga LPG non subsidi, dan dihapusnya BBM Premium.
Akan tetapi, ada penurunan harga emas yang bisa menahan peningakatan inflasi seiring dengan pengetatan kebijakan moneter global. Ada juga penurunan harga kelompok kesehatan, informasi dan komunikasi seiring dengan transisi dari pandemi ke endemi.
Dengan perkembangan tersebut, Faisal memperkirakan inflasi pada tahun 202 akan berada di kisaran 3,30% yoy. Ini pun kembali ke kisaran sasaran Bank Indonesia (BI) yang sebesar 2% – 4%.
Sumber Kontan, edit koranbumn
















