Sebagai upaya percepatan pembangunan serta mendukung program ketahanan pangan dan ketersediaan air di wilayah Sulawesi Tenggara, PT Hutama Karya (Persero) (Hutama Karya) segera menyelesaikan Bendungan Ameroro Paket II. Proyek yang berlokasi di Desa Tamesandi, Kec. Uepai. Kab. Konawe, Sulawesi Tenggara ini, digarap melalui kerja sama operasi (KSO) dengan PT Adhi Karya (Persero) Tbk., (Adhi Karya).
Mengutip dari Sindonews.com pada tanggal 25 Juni 2023 lalu, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menjelaskan beberapa bendungan yang ditargetkan rampung 2023 ini antara lain Cipanas, Karian, Sepaku Semoi, Keureuto, Rukoh, Jlantah, Tiu Suntuk, Lausimeme, Sidan, Leuwikeris, Temef, Pamukkulu, dan Ameroro.
“Target untuk dapat diselesaikan pada akhir tahun 2023 mudah-mudahan dapat tercapai,” jelasnya.
Executive Vice President (EVP) Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, Tjahjo Purnomo mengatakan bahwa Bendungan Ameroro yang pembangunan awalnya dimulai sejak bulan April 2021, ditargetkan rampung pada akhir November 2023 dan secara keseluruhan progres saat ini sudah mencapai 96,5%.
“Proyek ini menunjukkan perkembangan yang positif dan tinggal menyisakan beberapa pekerjaan lagi diantaranya menyelesaikan peluncur spillway (bangunan pelengkap dari bendungan yang berfungsi sebagai pengaman terhadap bahaya air banjir) sebanyak 9 blok serta impounding (pengisian awal bendungan), sehingga proyek ini kami targetkan selesai lebih cepat dari master schedule yang telah ditentukan,” ujar Tjahjo.
Dengan total nilai kontrak sebesar Rp 570 Miliar ini, Hutama Karya melakukan serangkaian pekerjaan yang meliputi persiapan, pembangunan akses jalan, bangunan pelimpah, pembuatan landscape, penerapan sistem manajemen keselamatan konstruksi, pemasangan hidromekanikal hingga clearing area genangan.
“Bendungan dengan total luas lahan 578,78 Ha yang merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) ini akan memiliki kapasitas tampung 98 juta m3 dengan luas genangan 380 Ha, berpotensi menambah layanan daerah irigasi seluas 3,363 Ha. Selain dengan penerapan teknologi dalam proses pembangunannya, percepatan proyek ini juga dilakukan dengan berkomunikasi secara intens kepada beberapa stakeholder terkait,” ujar Tjahjo.
Lebih lanjut Tjahjo menyampaikan bahwa sejumlah tantangan yang cukup signifikan dihadapi KSO HK-Adhi dalam proses percepatannya, seperti cuaca ekstrem serta kondisi batuan yang kurang baik karena tergolong metamorf berjenis sekis mika dengan karakter lapuk tinggi jika terpapar sinar matahari dan air hujan. Namun, tim di lapangan telah menyiapkan strategi penanganan seperti melakukan pemetaan geologi sebelum dan selesainya pelaksanaan pekerjaan serta menggunakan teknik galian yang tepat. Sehingga hal tersebut tidak menjadi hambatan dalam komitmen Hutama Karya untuk menyelesaikan pembangunan Bendungan Ameroro ini dengan tepat waktu dan tepat mutu.
Dalam proses pembangunan bendungan ini, Hutama Karya menerapkan beberapa teknik dan inovasi seperti Green Construction yaitu proteksi lereng dengan hydroseeding (penyemprotan benih di atas permukaan lereng atau tanah yang bertujuan untuk menghambat erosi dan mempercepat pertumbuhan tanaman). Teknik ini merupakan kontribusi inovatif dari Hutama Karya untuk menciptakan konstruksi yang ramah lingkungan dan efisien serta didukung dengan penggunaan sistem digital yaitu teknologi Building Information Modelling (BIM) hingga penerapan CCTV 360.
Kehadiran bendungan ini nantinya akan menjadi pengendali banjir dan memperluas jaringan irigasi untuk pertanian dimana sebelum ada bendungan, petani hanya panen 2 kali dalam setahun sedangkan setelah adanya bendungan diharapkan dapat panen 3 kali dalam setahun. Selain itu bendungan ini akan meningkatkan jaringan irigasi yang awalnya hanya 1.903 Ha menjadi 3.363 Ha sehingga dapat dirasakan hingga 3 Kecamatan di Kabupaten Konawe.
Hutama Karya terus berkomitmen bukan hanya menyelesaikan pembangunan dengan hasil yang terbaik, namun hal tersebut juga dapat dirasakan manfaatnya bagi kesejahteraan masyarakat sekitar di segala aspek. Melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), Hutama Karya melibatkan tenaga kerja lokal mencapai 20% dari total keseluruhan pekerja dan karyawan proyek, mengadakan medical check up secara berkala untuk masyarakat setempat hingga membantu pembangunan masjid-masjid di sekitaran proyek.
Sebagai catatan, Hutama Karya telah memiliki portofolio yang baik dengan merampungkan beberapa proyek bendungan besar seperti Bendungan Bintang Bano (Nusa Tenggara Barat), Bendungan Bendo, Bendungan Semantok, Bendungan Gongseng (Jawa Timur) dan Bendungan Ladongi (Sulawesi Tenggara). Diharapkan Bendungan Ameroro yang akan rampung dalam waktu dekat nantinya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dengan maksimal untuk meningkatkan suplai air irigasi ke lahan pertanian, tersedianya air baku dan energi listrik, mereduksi banjir serta bisa menjadi salah satu objek pariwisata.
Sumber Hutama Karya, edit koranbumn