Pada ajang bergengsi Bali International Airshow 2024, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) menekankan berbagai kolaborasinya dengan global partner untuk produk pesawat eksisting, CN235-220 dan NC212i, serta perannya dalam menciptakan terobosan dan revolusi teknologi dirgantara Indonesia melalui pengembangan moda transportasi masa depan berbasis Advanced Air Mobility (AAM). Hal ini menegaskan komitmen PTDI dalam mendorong inovasi dan pemenuhan kebutuhan pasar akan solusi penerbangan berkualitas tinggi.
Pengembangan pesawat CN235-220 konfigurasi MPA/ASW
Sebagaimana hasil pertemuan Presiden RI, Joko Widodo dengan Menteri Pertahanan Filipina, Gilberto Eduardo Gerardo C. Teodoro Jr. pada bulan Januari 2024 lalu, bahwa terdapat peluang kedepan bagi PTDI secara khusus, dan bagi Indonesia secara umum untuk mencapai tonggak penting lainnya di Filipina, yaitu potensi pengadaan pesawat CN235-220 Maritime Patrol Aircraft dan Anti-Submarine Warfare (MPA/ASW) dari PTDI untuk Philippine Navy.
PTDI berkolaborasi dengan partner strategisnya untuk menjawab kebutuhan pesawat MPA/ASW di Filipina tersebut, dalam hal ini bersama SCYTALYS, Perusahaan pengembangan software dan integrasi sistem terkemuka yang berkantor di Yunani, Amerika Serikat dan Singapura.
“SCYTALYS sangat antusias untuk dapat meningkatkan peran pesawat CN235 sebagai solusi yang serbaguna dan efisien dari segi biaya, memenuhi kebutuhan yang terus berkembang untuk platform multi-role surveillance, patroli maritim, serta pencarian dan penyelamatan (SAR). Sistem MIMS (Mission Information & Management System) Airborne kami adalah sistem misi yang canggih, modular dan dapat dikombinasikan dengan CN235 dari PTDI, memberikan solusi untuk misi MPA/ASW yang efektif,” kata Dimitris Karantzavelos, Presiden SCYTALYS.
PTDI dan SCYTALYS akan bekerja sama secara erat, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan Filipina tetapi juga untuk melayani permintaan MPA/ASW dari negara-negara lain. “Kami memaksimalkan upaya untuk menjadikan produk pesawat CN235 menjadi lebih kompetitif, sehingga dapat mendorong peningkatan kontrak ekspor baru,” jelas Gita Amperiawan, Direktur Utama PTDI.
Kemajuan pasar pesawat NC212i dan pengembangannya
Sebagai produsen satu-satunya pesawat NC212i di dunia, PTDI selalu memastikan peningkatan kualitas dan kepuasan pelanggan/user terhadap produk yang dihasilkan. Pada tahun 2023 lalu PTDI dan DND Philippines tanda tangani kontrak baru untuk pengadaan 6 (enam) unit pesawat NC212i beserta suku cadangnya. Pengadaan ini merupakan kelanjutan dari pengadaan 2 (dua) unit sebelumnya di tahun 2014, yang mengindikasikan bahwa produk PTDI secara kualitas dapat diterima oleh pelanggan.
Untuk mendukung pemenuhan kontrak baru dari DND Philippines tersebut, pada momentum Bali International Airshow 2024 hari pertama (18/09) PTDI dan Honeywell sepakati pembelian sebanyak 6 (enam) set mesin turboprop tipe TPE331 untuk mendukung pesawat NC212i produksi PTDI yang kemudian akan dioperasikan Philippine Air Force. Keberadaan Honeywell dalam menyediakan mesin turboprop tipe TPE331 sejak tahun 2007 mendorong pesawat NC212i memiliki kemampuan take off lebih cepat, serta efisien saat menjelajah, menjadikan pesawat NC212i kompetitif di pasar dan dapat menciptakan kepuasan bagi pelanggan, terbukti dari repeat order yang dilakukan oleh DND Philippine yang telah menjadi loyal customer PTDI terhadap pesawat NC212i.
Adapun saat ini PTDI juga telah menapaki babak barunya dalam produksi pesawat NC212i kedepan dengan baling-baling baru buatan MT Propeller, Jerman, yakni MTV-27 yang telah disertifikasi oleh EASA. Penggunaan MTV-27 pada NC212i telah teruji compatible dengan engine terpasang, yaitu Honeywell TPE331, yang kemudian dapat menghasilkan noise dan vibrasi yang rendah pada operasi pesawat. Pengembangan pesawat NC212i dengan MT Propeller telah dimulai sejak bulan Agustus 2023, yaitu pada pesawat NC212i produksi PTDI yang ke-123 untuk pelanggan Kementerian Pertahanan RI/TNI AU.
PTDI sebagai sentra pengembangan produk aerospace generasi baru
Kesadaran akan pentingnya moda transportasi masa depan pesawat terbang e-VTOL berbasis Advanced Air Mobility (AAM) dengan teknologi terkini mendorong PTDI untuk mengambil perannya sebagai sentra pengembangan produk aerospace yang terbuka dan dapat diakses oleh perusahaan-perusahaan start-up yang berinisiatif mengembangkan produk aerospace generasi baru. Hal ini dilatarbelakangi oleh posisi PTDI yang merupakan satu-satunya pabrikan/OEM pesawat terbang di Indonesia yang sudah memiliki resources lengkap di industri dirgantara, yang dapat mendukung untuk merealisasikan pengembangan, manufaktur, hingga komersialisasi pesawat AAM.
Pada kesempatan Bali International Airshow hari kedua (19/09), Direktur Utama PTDI, Gita Amperiawan menyaksikan penandatanganan Letter of Intent (LoI) antara PT Vela Prima Nusantara (Vela) –salah satu partner PTDI dalam pengembangan pesawat AAM, dengan PT Sayap Garuda Indah (SGI Air Bali) untuk kolaborasi pengembangan produk Vela Alpha sampai dengan keberhasilan perolehan sertifikasi oleh otoritas penerbangan terkait, dalam hal ini Direktorat Kelaikudaraan & Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Kementerian Perhubungan RI, yang kemudian akan berlanjut kesepakatannya hingga pembelian unit Vela Alpha yang akan dioperasikan untuk mendukung sektor pariwisata, maupun penerbangan transfer. Adapun setelahnya Vela dan PTDI juga sepakati Framework Agreement untuk kerja sama dalam rekayasa, pengembangan dan produksi pesawat Vela Alpha.
Vela Alpha merupakan Lift & Cruise Aircraft dengan kapasitas 4 penumpang untuk VIP transport dan kapasitas 6 penumpang untuk economy transport. “Disini Vela membawa sub-scale aircraft yang berskala 1:3 untuk dipamerkan di Bali International Airshow 2024. Berikutnya Vela akan membangun pesawat technology demonstrator berskala 1:1 dengan target selesai pembangunan di akhir tahun 2025. Kedua pesawat tersebut adalah langkah Vela sebelum masuk tahap certification prototype aircraft,” ujar Rejeki Simanjorang, Direktur Teknologi Vela.
Di samping kerjasamanya dengan Vela, PTDI juga menjalin kolaborasi dengan start-up lainnya, yaitu PT Intercrus Aero Indonesia (Intercrus) untuk bersama-sama mengembangkan, mensertifikasi, memanufaktur dan komersialisasi produk multicopter berbasis AAM yang bernama Intercrus Sola dengan kapasitas 3 penumpang untuk memenuhi kebutuhan mobility transport. Pada kesempatan hari ini (19/09), PTDI dan Intercrus mengumumkan kerja samanya yang ditandai dengan penadatanganan Framework Agreement tentang kerja sama kegiatan preliminary design, feasibility study & full-scale prototype development Intercrus Sola, sebagai tindak lanjut dari kesepakatan MoU sebelumnya terkait kerja sama pengembangan, sertifikasi, manufaktur dan komersialisasi Intercrus Sola yang telah ditandatangani pada Juni 2024.
Kerja sama PTDI dengan masing-masing partner start-up tersebut merupakan bentuk komitmen PTDI dalam mewujudkan visi transportasi udara masa depan yang lebih efisien dan ramah lingkungan. “Ini adalah produk inovasi yang diciptakan oleh generasi muda yang harus kita dukung, dan PTDI bersedia menjadi fasilitator dengan lembaga Pemerintah, akademisi dan beberapa industri terkait, untuk memastikan bahwa setiap aspek industrialisasi teknologi AAM ini dapat diterima dan diintegrasikan secara efektif dalam ekosistem aviasi yang ada, berlanjut sampai komersialisasi dan dioptimalkan pemanfaatannya oleh masyarakat Indonesia,” kata Moh Arif Faisal, Direktur Niaga, Teknologi & Pengembangan PTDI.