– PT Berdikari (Persero) berkomitmen mendukung penguatan hilirisasi industri unggas nasional. Sebagai salah satu BUMN Klaster Pangan, Berdikari harus mengambil upaya konkret memajukan bisnis perunggasan di Indonesia.
Direktur Utama PT Berdikari (Persero), Harry Warganegara, menyatakan, hilirisasi industri unggas amat dibutuhkan ketika kemampuan produksi unggas dalam negeri sudah mencapai surplus seperti yang terjadi saat ini. Situasi surplus itu lantas membuat harga jatuh, terutama di tingkat para peternak ayam broiler.
“Ketika produksi berlebih dan harga turun, di sisi inu kita melihat bahwa kita sudah berhasil memproduksi ayam karena suplainya berhasil. Berarti, isunya saat ini ada di hilir, bukan menyalahkan produksinya, itu menurut kami,” kata Harry dalam sebuah webinar, Kamis (22/7).
Ia mengatakan, keberhasilan Kementerian Pertanian harus diapresiasi karena berhasil mengawal industri unggas nasional hingga mencapai level surplus di saat banyak negara yang masih harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhannya. Karena itu, ke depan yang menjadi pekerjaan rumah yakni kegiatan hilirisasi industri unggas agar semua hasil produksi dapat terserap secara optimal.
“Makanya kita berkomitmen bersama pemerintah saat ini untuk mencari jalan keluar memperkuat hilirisasi indusri ayam. Ini yang sedang kita siapkan bersama BUMN,” kata Harry.
Kepala Seksi Produksi Unggas, Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak, Kementan, Rofii, mengatakan, pada Juli 2021, terdapat potensi produksi day old chick (DOC) sepanjang Juli 2021 sebanyak 294,06 juta ekor sementara estimasi kebutuhan sebanyak 224,6 juta ekor. Dengan kata lain, pada bulan ini terdapat surplus sebanyak 69,4 juta ekor.
Rofii mengatakan, surplus tersebut harus dikendalikan agar tidak menganggu neraca produksi dan kebutuhan pada Agustus mendatang. Oleh karena itu, Kementan akan melakukan pengaturan dan pengendalian produksi pada Agustus 2021 dengan cutting HE fertil umur 19 hari pada bulan Juli 2021 sebanyak 71,23 juta butir. Jumlah itu setara dengan pengurangan DOC sebanyak 66,99 juta ekor.
Ia melanjutkan, cutting saat ini masih kurang dari 30 persen dari target. Karena itu, dalam tiga kali pelaksanaan lagi diharapkan bisa selesai.
“Ini untuk membantu stabilisasi kondisi perunggasan apalagi di tengah pembatan kegiatan masyarakat saat ini,” ujar dia.
Sumber Republika, edit koranbumn