PT Industri Kereta Api Persero (INKA) menjelaskan proses pemanfaatan kereta medis darurat atau Emergency Medical Train (EMT) untuk ruang isolasi pasien COVID-19, masih berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait.
Senior Manajer Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, Coorporate Social Responsibility and Stakeholder Relationship PT INKA Bambang Ramadhiarto menjabarkan, mekanisme operasional masih menunggu arahan dari Tim Satgas COVID-19.
“Jadi, kereta yang kita sebut EMT atau Emeergency Medical Train ini dibuat awal pandemi sekitar April 2020 dan selesai sekitar Juni 2020. Bakalan kereta tersebut merupakan kereta bekas KRL. Kita modifikasi, seperti menambahkan sekat toilet, ruang obat, ruang ganti, saluran udara keluar dan oksigen,” jelasnya
Ia mengatakan, fasilitas kereta ini juga termasuk dengan fasilitas tempat tidur dengan rincian, 1 trainset atau 8 kereta. Adapun untuk pasien ada 6 kereta dan 48 tempat tidur. Sedangkan untuk tenaga kesehatan (nakes) 2 kereta dan 24 tempat tidur.
Dengan begitu, EMT memiliki 3 trainset atau 24 kereta. Dengan jumlah total 18 kereta dan 144 tempat tidur untuk pasien. Sementara nakes berjumlah total 6 kereta 72 tempat tidur. “Biaya semuanya, kurang lebih Rp3,5 miliar untuk 3 rangkaian atau trainset,” sambung dia.
Bambang sendiri belum memiliki rencana untuk menambah gerbong dengan menyulap yang sudah ada. Saat ini, pihaknya fokus menyiapkan operasional dan berkomunikasi dengan lembaga dan tim terkait.
“Sementara kami buat hanya 3 trainset saja, yang 1 trainset-nya terdiri dari 8 kereta, di mana 2 kereta diantaranya untuk tenaga kesehatan dan 6 kereta diperuntukkan untuk pasien,” kata dia.
Sumber Kontan, edit koranbumn