Indonesia ternyata telah merintis penelitian tentang vaksin virus corona atau Covid-19 yang tengah dirintis oleh Lembaga Molekular Biologi Eijkman dan PT Bio Farma.
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) dan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro kedua pihak tersebut telah menjalin pembicaraan untuk memproduksi vaksin yang menjaga kekebalan tubuh terhadap virus corona.
“Di samping itu juga dilakukan riset terhadap salah satu biodiversiti kita namanya curcumin sebagai obat potensial untuk bisa mencegah atau mengobati corona,” katanya di Hotel Atlet Century, Rabu, 26 Februari 2020.
Menurut Bambang, upaya penelitian harus dimulai sehingga kita lebih antisipatif menghadapi berbagai kemungkinan penyakit atau wabah yang bisa terjadi di masa yang akan datang.
Dalam kesempatan terpisah, Peneliti Senior Lembaga Biologi Molekuler Eijkman David H. Muljono membenarkan bahwa Eijkman telah melakukan pembahasan awal dengan PT Bio Farma. “Untuk mengembangkan vaksin untuk melawan Covid-19,” katanya.
Menurut Head of Corporat Communication Bio Farma Iwan Setiawan Bio Farma sudah memiliki kemampuan mengembangkan vaksin. “Secara teknologi kami sudah terbiasa dengan virus,” kata Iwan.
Iwan mengatakan produksi vaksin membutuhkan ‘bibit’ virus yang dilemahkan. Bibit virus itu belum tersedia untuk kasus virus corona yang saat ini sedang mewabah dari Wuhan, China. Iwan mengatakan, hingga saat ini belum ada negara yang bisa memproduksi vaksin corona Wuhan. “Kami harus ada seed-nya, itu biasanya dari WHO,” kata dia. “Ini kan outbreak baru.”
Sementara itu, penelitian curcumin dilakukan oleh Guru Besar Biokimia dan Biologi Molekuler Universitas Airlangga Chaerul Anwar Nidom. “Penelitian curcumin yang berasal dari empon-empon, terdiri dari jahe-jahean, kunyit, temulawak, sereh, dan lain-lain akan dilakukan oleh para peneliti di Professor Nidom Foundation (PNF),” tuturnyan.
Nidom yang saat ini sebagai Ketua Tim Riset CoV & Formulasi Vaksin di PNF mengatakan, saat ini dia dan tim sudah membuat dua formulasi yang sedang menunggu uji praklinik. “Mudah-mudahan segera akan ditemukan formulasi berikutnya,” kata Nidom.
Formulasi-formulasi tersebut akan ditujukan untuk penyakit-penyakit yang spesifik, misalnya untuk penyakit flu termasuk Flu Burung, Covid-19, Malaria, dan lain-lain. Nidom menganjurkan agar masyarakat tetap mengkonsumsi minuman dan makanan sebagaimana biasa dilakukan. “Sejauh ini, PNF belum kontak dengan institusi manapun. Platform riset ini sebetulnya sudah pernah kami lakukan terhadap virus atau infeksi flu burung beberapa tahun lalu,” ujar Nidom.
Sumber Bisnis, edit koranbumn