Melansir keterbukaan informasi, Bio Farma memberikan pinjaman senilai Rp220,17 miliar kepada Indofarma pada 15 September 2025 lalu. Pinjaman tersebut memiliki tenor 12 bulan dan dengan bunga sebesar 7% per tahun. Nantinya, pinjaman itu akan dibayarkan oleh INAF di akhir masa pinjaman.
“Perseroan mendapatkan pinjaman guna mendukung efisiensi biaya operasi sebagaimana dimuat dalam Putusan Homologasi INAF,” kata Direktur Utama Indofarma Sahat Sihombing dalam keterbukaan informasi, Rabu (17/9/2025).
Sebab INAF tengah dilanda kerugian, perseroan memberikan jaminan berupa aset non jaminan di 18 lokasi. Keputusan untuk menjaminkan aset tersebut telah disetujui oleh RUPS INAF.
Adapun sebagai holding BUMN Kesehatan, Bio Farma menggenggam 2,49 miliar lembar saham INAF. Angka itu mencerminkan 80,66% dari total kepemilikan saham Indofarma.
Nantinya, biaya pinjaman ini akan digunakan perseroan untuk melakukan efisiensi biaya operasi, yang meliputi pengurangan biaya untuk menambah profitabilitas, hingga penyesuaian jumlah tenaga kerja sesuai dengan putusan homologasi Indofarma.
“Penerimaan pinjaman oleh perseroan tidak memiliki dampak negatif terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan atau kelangsungan usaha perseroan. Bahkan dengan perolehan pinjaman ini kegiatan operasional perseroan dapat berlangsung secara lebih efisien,” tegas Sahat.
Seperti diketahui, sejak akhir 2024 INAF menghadapi gugatan PKPU. Emiten farmasi BUMN ini telah sepakat menjual lebih dari 50% aset yang akan digunakan untuk pelunasan pembayaran kewajiban dan utang. Sedangkan, di lantai bursa, INAF telah disuspensi Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak awal 2024.
Berdasarkan kondisi keuangan terbaru, dalam semester I/2025 INAF memangkas rugi bersih perusahaan menjadi Rp43,55 miliar. Menilik kinerja top line, sebenarnya penjualan bersih terpangkas 38,91% YoY menjadi Rp67,03 miliar. Sedangkan, beban penjualan sebenarnya tidak turun signifikan, yakni 28,97% YoY menjadi Rp76,99 miliar. Bahkan, perseroan menorehkan rugi bruto Rp9,69 miliar.
Pemangkasan rugi bersih tersebut lebih disebabkan oleh perampingan perusahaan. Tercatat, beban penjualan turun dari Rp29,91 miliar menjadi Rp5,87 miliar. Dari komponen ini, pos yang paling besar dipangkas adalah gaji dan jaminan sosial yang turun dari Rp24,66 miliar menjadi Rp5,32 miliar.
Sumber Bisnis, edit koranbumn















