PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) mencatatkan restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 mencapai Rp69,63 triliun per Maret 2022 atau turun Rp2,5 triliun dari posisi akhir 2021 yang mencapai Rp72,13 triliun.
āPelaku usaha terdampak mulai semakin percaya diri prospek kinerja bisnisnya, sehingga sudah dapat melakukan cicilan seperti sebelum pandemi,ā ujar Sekretaris PerusahaanĀ BNIĀ Mucharom kepadaĀ Bisnis, Minggu (10/4/2022).
Mucharom menuturkan bahwa sektor-sektor yang terdampak pandemi adalah trading, restoran dan hotel sebesar 27,1 persen, konstruksi 19,3 persen dan manufaktur 16,9 persen.
Di sisi lain, dia menambahkan bahwa ekspansi yang dilakukan emiten bank dengan kode BBNI ini semakin berkualitas, sehingga membuat rasio kredit bermasalah atauĀ non-performing loanĀ (NPL) perseroan semakin turun.
āTahun ini kami juga melakukan program penyehatan kinerja debitur secara komprehensif dan termonitor. Hal ini mendorong tren perbaikan kualitas debitur restrukturisasi juga membuat NPL semakin turun,ā tutur Mucharom.
Mucharom menyebutkan bahwa pada tahun lalu, BNI mencatatkan penurunan NPL sebesar 60 basis poin secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi 3,7 persen dari 4,30 persen. Adapun, posisi NPL BNI per Maret 2022 telah berada di level 3,46 persen.
āSelain itu, kami juga melakukan upaya-upaya downsize melalui percepatan penjualan aset secara mandiri atau lelang yang diharapkan memperkuat aset lancar BNI tahun ini,ā tuturnya.
Berdasarkan laporan keuangan bulanan per Februari 2022, total penyaluran kredit BBNIĀ mencapai Rp575,49 triliun. Realisasi itu naik 0,67 persen jika dibandingkan dengan kinerja Januari 2022 yang menyalurkan kredit sebesar Rp571,62 triliun.
Sumber Bisnis, edit koranbumn