“Karena itu, kami melihat bahwa program KDMP ini seharusnya tidak berdampak negatif ke rasio NPL BNI selama dijalankan sesuai skema yang berlaku,” kata Yohan dalam Public Expose Live, Senin (8/9/2025).
Dia menuturkan, pemerintah telah mendesain program KDMP dengan pruden. Dalam hal ini, pemerintah mewajibkan bank untuk melakukan analisa kelayakan kredit untuk setiap koperasi yang mengajukan pinjaman.
Adapun ketentuan tersebut telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.49/2025 tentang Tata Cara Pinjaman Dalam Rangka Pendanaan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih.
“Jadi ada proses analisa, tidak otomatis langsung di-approve,” ujarnya.
Lebih lanjut, jika terjadi kesulitan pembayaran dari pihak KDMP, Yohan mengatakan bahwa pemerintah telah mengatur bahwa bank dapat menggunakan alokasi dana desa dari pemerintah pusat untuk menutup kekurangan pembayaran dalam batas tertentu. Ketentuan itu juga telah tercantum dalam PMK No.49/2025.
Dengan kata lain, lanjut dia, bank perlu menjaga exposure pemberian kredit per koperasi sehingga total exposure yang tidak terjamin itu jumlahnya relatif kecil.
“Dengan adanya aturan skema intercept dana desa tersebut, maka kita simpulkan ada skema penjaminan secara tidak langsung dari pemerintah atas program KDMP ini,” tuturnya.
Sebagaimana diketahui, BNI mencatatkan perolehan laba bersih konsolidasi sebesar Rp10,09 triliun pada semester I/2025. Realisasi itu susut 5,58% secara tahunan (year on year/YoY) dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp10,69 triliun.
Dari sisi ekspansi bisnis, Perseroan tercatat menyalurkan kredit sebesar Rp778,7 triliun, tumbuh 7,1% (YoY) hingga akhir Juni 2025. Capaian positif ini didorong oleh diversifikasi portofolio yang terlihat dari kontribusi berbagai segmen, mulai dari korporasi, konsumer, komersial, hingga UMKM.
Adapun, kredit di segmen korporasi dan konsumer masih menjadi kontributor utama pertumbuhan. Kredit korporasi tercatat tumbuh 10,4% (YoY) menjadi Rp435,8 triliun, didorong oleh pembiayaan kepada swasta, BUMN, dan institusi pemerintah. Untuk kredit konsumer, BBNI mencatat pertumbuhan sebesar 10,7% (YoY) menjadi Rp147,0 triliun, terutama dari personal loan (tumbuh 11,7% YoY) dan KPR (tumbuh 9,9% YoY).
Kualitas aset BNI terus membaik, tercermin dari NPL yang turun menjadi 1,9% dan Loan at Risk (LAR) membaik menjadi 11,0%, sehingga Cost of Credit (CoC) dapat ditekan di level 1%.
Sumber Bisnis, edit koranbumn













