– PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) meyakini mampu kompetitif melawan bank-bank global berdaya saing tinggi.
General Manager BNI Cabang Seoul Anisfu mengakui persaingan di luar negeri jauh lebih ketat karena harus melawan bank-bank besar di negara-negara asalnya.
Khusus untuk Korea Selatan, dia pun menyadari sudah banyak bank asal Negeri Gingseng sudah banyak masuk ke Indonesia sehingga cukup mendominasi di pasar. Namun, Bank BNI tetap memiliki kemampuan untuk merebut pasar dengan segmentasi pasar dan strategi akusisi yang lebih baik.
“Memang ada persaingan ketat di antara bank-bank global, mereka bahkan cukup kuat dari sisi beban dana. Namun, kami tetap memiliki basis nasabah yang kuat, loyal, dan tersegmentasi,” sebutnya dalam wawancara eksklusif dengan Bisnis, Kamis (12/8/2021).
Di Seoul, Anisfu menuturkan BNI fokus untuk menggarap pasar diaspora Indonesia yang jumlahnya cukup besar. Produk yang ditawarkan antara lain adalah jasa remitansi dan pembiayaan produktif
“Guna meningkatkan daya saing kami pun cukup aktif membangun sinergi dengan banyak komunitas dan terus menganalisa kebutuhan masyarakat,” katanya.
Di samping itu, dia pun menuturkan segmen korporasi juga tetap menjadi fokus BNI di Seoul. Perseroan terus meningkatkan pertumbuhan aset terutama dengan pertumbuhan bisnis transaksi.
Deputy General Manager BNI Cabang Tokyo Dyah Paramita Novia Putri pun mengakui tantangan utama adalah pricing, sekaligus besarnya dominasi nasabah bank-bank.
Namun, Dyah yakin BNI tetap memiliki keunggulan. Di Jepang, perseroan sudah mampu bekerja sama dengan banyak bank regional. Bahkan, bank regional di Jepang lebih nyaman untuk memberi referral nasabahnya ke Bank BNI ketimbang pada bank-bank global, termasuk yang sudah masuk ke Indonesia.
Bank BNI di Jepang pun bahkan sudah mampu menyediakan produk cash management sekaligus penyaluran kredit dengan mata uang Jepang Yen. Perseroan pun mampu membukakan rekening rupiah untuk beberapa nasabah yang sudah mulai bertransaksi dengan nasabah Indonesia.
“Yang paling penting kami selalu mendapat referral dari partner dengan lokal kami di Jepang. Memang tantangan ada, tetapi kalau jeli, selalu ada potensi untuk tumbuh,” sebutnya.
Dalam kesempatan sama, General Manager BNI Cabang London Roekma Hari Adji menambahkan keraguan terhadap daya saing selalu muncul, terutama di kalangan investor
Namun, dia menyakini kemampuan bank nasional khususnya di dalam negeri maupun di luar negeri tidak kalah, dan bahkan unggul di antara bank-bank global saat ini.
“Kita mungkin bisa lihat bank-bank BUMN plus PT Bank Central Asia Tbk., yang pertumbuhan kredit dan labanya selalu tinggi. Bahkan bank asing secara historis tidak tumbuh,” katanya.
Adji menjelaskan daya saing bank dapat diukur dari kemampuan mengakses dana-dana murah dari masyarakat. Di Indonesia, hal itu masih sangat baik karena banyak nasabah yang sudah percaya sejak lama dengan kualitas layanan bank-bank lokal.
Sementara itu di luar negeri, khususnya BNI yang mendapat penugasan untuk Go Global, perseroan memiliki banyak nasabah khususnya segmen korporasi yang sudah percaya sejak lama.
“Nasabah kami pun memiliki mitra di rantai pasok luar negeri yang mampu menjadi target kami untuk ekspansi,” jelasnya.
Adapun, kantor cabang luar negeri BNI membukukan percetakan laba 36 persen per tahun seiring dengan ekspansi kinerja yang signfikan.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menyampaikan kiprah perseroan dalam menggarap pasar pembiayaan dan transaksi internasional tergolong lama. Hal ini membuat kinerja keuangan untuk cabang luar negeri tergolong kuat, khususnya untuk membantu peningkatan kinerja ekonomi nasional.
“Kontribusi KCLN tersebut telah membuahkan hasil yang memuaskan bagi BNI. Salah satunya adalah pertumbuhan laba KCLN BNI secara berkelanjutan, di mana dalam lima tahun terakhir rata-rata pertumbuhan laba adalah sebesar 36 persen per tahunnya,” katanya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn