Badan Pengatur Jalan Tol akan melakukan uji coba pada lima teknologi peningkatan standar pelayanan minimal jalan tol pada 2021.
Kepala BPJT Danang Parikesit mengatakan bahwa pihaknya akan cukup banyak memperkenalakn teknologi jalan tol sepanjang tahun ini.
Menurutnya, interoperabilitas akan menjadi satu aspek yang didorong dalam implementasi teknologi tersebut.
“Tema kami pada 2021 adalah transformasi dan modernisasi. Transformasi digital akan jadi tema penting dari pengaturan jalan tol tahun ini,” ucapnya dalam konferensi pers virtual, Selasa (2/2/2021).
Pengenalan teknologi yang dimaksud Danang masih dalam tahap uji coba dan konstruksi. Kelima teknologi tersebut adalah sistem transaksti tol nontunai nirsentuh (TTNN), weight in motion (WIM), kecerdasan buatam untuk prediksi lubang dan retak, building information modelling (BIM), dan teknologi uji gas emisi.
Danang menjelaskan bahwa teknologi multi-lane free flow (MLFF) akan menjadi fondasi teknologi jalan tol lainnya pada masa depan. Dengan kata lain, teknologi WIM akan dipasangkan di dalam teknologi MLFF.
MLFF adalah proses pembayaran tol tanpa berhenti yang berarti pengguna jalan tol tidak harus menghentikan kendaraannya di gerbang tol. Hal ini dapat terlaksana jika perilaku pengguna jalan tol sudah terbiasa dengan pembayaran dengan nontunai.
Danang menjelaskan bahwa gardu tol akan digantikan dengan kamera bersensor saat MLFF menggantikan cara pembayaran dengan kartu elektronik. Pasalnya, saldo dalam dompet elektronik pengendara yang teregistrasi dengan nomor pelat kendaraan akan terambil setelah kamera sensor memindai nomor pelat kendaraan.
BPJT menyatakan bahwa sistem tersebut akan menggunakan sistem multiple e-wallet untuk mencegah kekosongan isi dompet elektronik pengendara. Jika dompet elektronik pengendara tetap kosong, BPJT menyatakan akan mengenakan denda pada pengendara tersebut.
Danang menyampaikan pihaknya akan bekerja sama dengan Bank Indonesia, Kementerian Informasi dan Komunikasi, dan Kepolisian dalam implementasi teknologi tersebut.
Sementara itu, WIM adalah teknologi yang dapat menentukan volume dan dimensi kendaraan logistik di jalan tol. Teknologi yang dimaksud adalah kamera bersensor dan pelat bersensor.
Selama uji coba WIM, setiap beban kendaraan yang melintas bisa langsung teridentifikasi. Bagi kendaraan yang melebihi tonase yang berlebih atau overload akan diberikan tiket khusus yang mengharuskan kendaraan dimaksud untuk keluar tol melalui gerbang tol terdekat.
“WIM ini untuk [menentukan] ukuran dan berat kendaraan yang apabila melanggar akan dikenakan tarif lebih atau dikeluarkan dari jaringan jalan tol. [Teknologi WIM] ini sedang uji coba dan pada Maret [2021] kami sudah mendapatkan data pertama untuk spesifikasi selanjutnya dan dipasang di seluruh Indonesia,” katanya.
Teknologi yang ketiga adalah BIM. Danang menjelaskan bahwa BIM adalah proses berbasis model tiga dimensi yang memberi efisiensi proses konstruksi bangunan dan infrastruktur. Sejauh ini, teknologi tersebut telah diterapkan pada konstruksi jalan tol Pekanbaru—Dumai dan Semarang—Demak.
Adapun, uji coba teknologi prediksi lubang dan retak direncanakan pada Februari 2021.
Sementara itu, BUJT dijadwalkan untuk menindaklanjuti hasil pelaksanaan uji coba teknologi tersebut pada April 2021.
SUmber Bisnis, edit koranbumn