Asosiasi Jalan Tol Indonesia (ATI) menyatakan realisasi pembangunan jalan tol nasional sepanjang 2002 cukup baik. Pasalnya, kegiatan konstruksi masih berlangsung walaupun pandemi Covid-19 belum berakhir.
Sekretaris Jenderal ATI Kris Ade Sudiyono mendata ada tambahan sekitar 258 Kilometer ruas jalan tol pada tahun lalu. Alhasil, total panjang jalan tol yang beroperasi sejauh ini mencapai 2.333 Kilometer.
“Tercatat ada 814 Kilometer yang masih dalam tahap konstruksi, seperti ruas Depok-Antasari, Cinere-Jagorawi, Bogor-Ciawi, dan sebagainya,” katanya dalam keterangan tertulis, Senin (18/1/2021).
Kris mencatat pemerintah juga telah mengenalkan beberapa proyek baru, yakni pembangunan jalan tol ruas Jogja-Solo, Bawen-Jogja, Bogor-Serpong, Cikunir-Karawaci, dan Kamal-Teluk Naga. Menurutnya, 2020 merupakan waktu pengujian ketahanan model bisnis industri infrastruktur jalan tol.
Berdasarkan data Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT) total panjang jalan tol pada 2020 mencapai 2.346 Kilometer. Adapun, angka tersebut akan naik 17,47 persen atau bertambah 410 Kilometer pada 2021 menjadi 2.756 Kilometer.
Pertambahan panjang jalan tol tersebut telah berakselerasi dibandingkan pertumbuhan pada 2020. Seperti diketahui, panjang jalan tol pada 2020 naik 12,35 persen atau bertambah 258 Kilometer.
Selain panjang lajur jalan tol, panjang jalur jalan tol pada 2021 juga akan berakselerasi. BPJT meramalkan panjang lajur jalan tol nasional akan naik 17,29 persen atau bertambah 1.842 Kilometer menjadi 12.491 Kilometer.
Walaupun konstruksi terus berjalan, Kris berujar pandemi membuat pendapatan pelaku industri jalan tol terguncang. Pasalnya, trafik kendaraan di jalan tol anjlok saat protokol pembatasan sosial berskala besar (PSBB) berlangsung.
“Seiring dengan pelonggaran PSBB di pertengahan tahun 2020, trafik kembali meningkat. Pada akhir 2002, trafik harian beberapa ruas jalan tol bervariasi antara 70-90 persen, mendekati trafik pada awal tahun sebelum pandemi,” ucapnya.
Kris menyampaikan data trafik jalan tol nasional menunjukkan pola “V-Shape” sepanjang 2020. Artinya, saat ini volume lalu lintas pada jalan tol memasuki fase pemulihan.
BPJT mendata jumlah transaksi harian pada 2020 merosot 26 persen dari realisasi 2019 sebanyak 4,6 juta menjadi 3,4 juta transaksi per hari. BPJT meramalkan angka tersebut akan pulih 17,64 persen ke kisaran 4 juta transaksi per hari.
Dengan kata lain, pemerintah belum melihat transaksi harian di jalan tol akan kembali ke posisi pra-pandemi pada tahun ini. Namun demikian, pemerintah memprediksi transaksi harian akan melonjak ke angka 7 juta transaksi per hari pada 2024.
Walaupun transaksi anjlok, BPJT mendata nilai transaksi sepanjang 2020 hanya turun sebanyak 8,7 persen menjadi Rp19,19 triliun. Adapun, transaksi jalan tol pada akhir 2021 diproyeksikan akan tumbuh 17,4 persen menjadi Rp22,5 triliun.
BPJT menduga tertahannya penurunan nilai transaksi tersebut disebabkan oleh naiknya minat perusahaan logistik dalam menggunakan jalan tol. Adapun, presentasi kendaraan golongan II-IV meningkat menjadi 14,56 persen sepanjang 2020 dibandingkan realisasi tahun sebelumnya yakni 12,39 persen.
Sumber Bisnis, edit koranbumn