Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kinerja ekspor utama Indonesia pada bulan lalu mengalami kontraksi, baik migas maupun nonmigas. Dampaknya, terjadi pertumbuhan negatif ekspor hingga 28,95 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu menjadi 10,53 miliar dolar AS. Nilai ini terendah sejak Juli 2016.
Apabila dilihat detail, penurunan terbesar terjadi pada migas, yaitu sampai minus 42,64 persen dibandingkan Mei 2019. Penyebabnya, ekspor minyak mentah mengalami pertumbuhan negatif sampai 88,70 persen, sedangkan ekspor gas turun 39,19 persen.
Sektor pertanian yang kerap tumbuh positif, kini juga harus mengalami kontraksi 42,64 persen secara tahunan. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, beberapa ekspor pertanian yang turun cukup dalam adalah kopi, tanaman obat aromatik dan rempah-rempah. “Sarang burung dan lada putih juga turun,” tuturnya dalam konferensi pers live streaming, Senin (15/6).
Industri pengolahan juga mengalami kontraksi hingga 25,90 persen menjadi 8,31 miliar dolar AS. Karena kontribusinya yang besar terhadap ekspor, 78,93 persen, pertumbuhan negatif sektor ini pasti memberikan dampak signifikan.
Sektor pertambangan mengalami situasi terupa. Kontraksinya bahkan mencapai 38,11 persen dibandingkan Mei 2019 menjadi 1,33 miliar dolar AS pada bulan lalu.
Penurunan juga terlihat jika dilihat secara akumulasi. Selama periode Januari hingga Mei 2020, kinerja ekspor sebesar 64,46 miliar dolar AS, turun 5,96 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Dari beberapa golongan barang utama, bahan bakar mineral menjadi salah satu yang mengalami penurunan terdalam. Kontraksinya mencapai 15,70 persen menjadi 8,1 miliar dolar AS pada Januari sampai Mei 2020.
Suhariyanto mengatakan, penyebabnya adalah terjadi penurunan volume ekspor batubara hingga 8,17 persen. “Harga batubara juga turun, sehingga total ekspor batubara kita turun 17,24 persen,” ucapnya.
Ekspor komoditas karet dan barang dari karet turut mengalami pertumbuhan negatif 14,39 persen. Suhariyanto mengatakan, sebetulnya harga karet mengalami kenaikan tipis 1,5 persen pada Mei 2020 dibandingkan April 2020. Tapi, karena volumenya turun 27,04 persen secara bulanan, nilai ekspornya pun turun.
Sumber Republika, edit koranbumn