PT BRI Agroniaga Tbk (AGRO) telah menyiapkan berbagai strategi agar bisa tetap bertahan di tengah booming isu bank digital. Salah satunya, dengan mengganti nama menjadi PT Bank Raya Indonesia Tbk melalui persetujuan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB).
Direktur BRI Agro Kaspar Situmorang menyebut sejauh ini terdapat persoalan dalam bertransformasi menjadi bank digital yakni overlapping pinjaman. Oleh sebab itu, bank akan mengeliminasi produk itu dan menjadikan sebagai pinjaman dengan tenor pendek berfrekuensi tinggi.
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT BRI Agroniaga Tbk (AGRO) telah menyiapkan berbagai strategi agar bisa tetap bertahan di tengah booming isu bank digital. Salah satunya, dengan mengganti nama menjadi PT Bank Raya Indonesia Tbk melalui persetujuan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB).
Direktur BRI Agro Kaspar Situmorang menyebut sejauh ini terdapat persoalan dalam bertransformasi menjadi bank digital yakni overlapping pinjaman. Oleh sebab itu, bank akan mengeliminasi produk itu dan menjadikan sebagai pinjaman dengan tenor pendek berfrekuensi tinggi.
Terkait cabang, AGRO akan memposisikan cabang sebagai community branch, sebagai titik pemasaran untuk produk digital lending dan digital savings. Bank juga akan berfokus pada segmen Gig Ekonomi yang jumlahnya mencapai 46 juta saat ini dan diproyeksikan naik menjadi 74,8 juta pada 2025.
“Kami optimis bisa mendapatkan digital lending dan digital saving yang memadai, disokong oleh infrastruktur yang memadai yang kami miliki. Prinsipnya, kami yang datang ke mereka, sehingga kami bisa mendapatkan market share 10% dari nasabah Gig Ekonomi atau dalam lima tahun ke depan bisa akuisisi 7 juta nasabah baru,” paparnya.
Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan lampu hijau bagi AGRO untuk memberikan layanan buka rekening secara digital. Pembukaan rekening ini diklaim 100% dilakukan secara digital tanpa perlu layanan video call, lantaran menggunakan teknologi biometrik.
Kaspar menjelaskan Digital Journey BRI Agro akan melakukan transformasi berdasarkan tiga. Pertama, digital, yaitu pengembangan produk digital baik dari sisi lending dan saving secara end-to-end sebagai aspirasi digital attacker BRI Group.
Kedua, digitilize, yaitu proses bisnis digitalization yang merupakan pengembangan bisnis yang dilakukan secara online to offline (O2O). Ketiga, Revamp, yaitu penataan kembali bisnis yang telah ada yang difokuskan pada shifting portofolio, revamp branch, mengoptimalkan efisiensi proses bisnis dan memperkuat people & culture.
Sumber Kontan, edit koranbumn
















