PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. menginvestasikan dana sebesar Rp500 miliar sebagai bentuk inisiasi digitalisasi perbankan. Pada kuartal IV tahun ini, perseroan akan meluncurkan layanan pembiayaan dalam jaringan.
Direktur Teknologi Informasi dan Operasi BRI Indra Utoyo mengatakan fasilitas ini mengadopsi skema yang digunakan perusahaan finansial berbasis teknologi (fintech), tetapi dengan kemampuan perbankan secara tradisional.
Penyaluran pendanaan dalam jaringan dapat disesuaikan dengan kebutuhan nasabah. “Besaran plafon kurang dari Rp100 juta, tenor nanti bisa diatur sebulan, 3 bulan, mingguan,” katanya di Jakarta, Kamis (23/8/2018).
Hal ini diperkirakan akan berimbas banyak terhadap penyaluran pendanaan konsumer dan mikro BRI. Dua sektor tersebut selama ini menjadi satu kekuatan perseroan.
Indra juga mengatakan bahwa model bisnis anyar ini berpotensi menambah nasabah BRI. Dia yakin bank pelat merah dengan aset terbesar ini mampu mendapatkan konsumen di luar 60 juta nasabah yang saat ini terdaftar.
Bank digital yang akan diluncurkan akhir tahun tersebut juga akan memiliki fasilitas simpanan dan pembayaran. “Gayanya fintech. Produk tidak banyak, tapi bisa dipersonalisasi sesuai kebutuhan,” jelas Indra.
Menurut Indra, ke depan transformasi digital adalah sebuah keniscayaan. Fungsi kantor cabang fisik akan bergeser hanya untuk konsultasi atau peran perbankan yang tidak bisa dilakukan tanpa tatap muka secara langsung. Layanan transaksi hampir dipastikan seluruhnya pindah melalui ponsel pintar.
Namun, hal itu tentu akan cepat diadaptasi oleh segmen nasabah yang terkena paparan teknologi. “Kota besar pasti cepat. Daerah-daerah terpencil mungkin akan lebih lama untuk adaptasi,” ujar Indra.
Selain fokus pada penerapan bank digital, BRI juga tengah mendigitalisasi layanan perbankan tradisional. Sebanyak 34.000 gawai yang telah distandarisasi dibagikan kepada account officer untuk mempercepat proses pencairan kredit.
Hal itu telah berimbas pada produktivitas. BRI mengklaim proses kredit bisa dipercepat hingga 1 hari.
Dengan demikian saat ini BRI memiliki dua core banking. “Sekarang dipisah. Ada yang tradisional itu kami digitize, ada yang benar-benar baru itu digital,” jelas Indra.
Adapun emiten bank berkode BBRI ini juga terus melakukan kerja sama dengan perusahaan rintisan yang memiliki visi serupa di dalam industri keuangan. BRI berpendapat di era digitalisasi, sebuah perubahan besar harus dilakukan secara kolaborasi.
Sumber Bisnis.com