“Penyaluran pembiayaan perusahaan untuk alat berat posisi Juli 2025 sebesar 29,23% [year on year/YoY] dan porsi pembiayaan alat berat sebesar 16,2% dari total penyaluran pembiayaan,” ucapnya kepada Bisnis, Selasa (2/9/2025).
Aditia optimistis bahwa pembiayaan alat berat di BRI Finance hingga akhir tahun ini tetap terjadi dengan kualitas portofolio yang sehat. BRI Finance juga konsisten menyeleksi nasabah yang prudent.
Optimistisnya ini dia rasakan lantaran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa penyaluran pembiayaan di sektor ini mencapai Rp46,73 triliun per Maret 2025 atau tumbuh 8,05% (YoY).
“Perusahaan juga melihat pembiayaan alat berat sebagai segmen yang prospektif karena terkait langsung dengan sektor-sektor strategis seperti infrastruktur, pertambangan, dan lainnya,” ujar dia.
Adapun, sejauh ini BRI Finance telah menerapkan lima strategi untuk menjaga kualitas pembiayaan alat berat. Pertama, memperkuat seleksi pembiayaan melalui penilaian kelayakan nasabah yang lebih ketat. Kedua, monitoring portofolio secara berkala untuk mendeteksi potensi risiko sejak dini.
“Ketiga, pendekatan proaktif kepada nasabah, termasuk program restrukturisasi atau solusi pembayaran bagi yang terdampak kondisi ekonomi,” tutur dia.
Selanjutnya, yang keempat adalah melakukan diversifikasi portofolio pembiayaan untuk mengurangi ketergantungan pada segmen tertentu. Kelima, BRI Finance selalu memperkuat strategi collection.
Sebagai informasi, dalam laporan keuangannya BRI Finance per semester I/2025 memiliki total aset sebesar Rp6,63 triliun. Adapun, piutang pembiayaan investasi senilai Rp1,39 triliun, piutang pembiayaan modal kerja sebesar Rp107,65 miliar, piutang pembiayaan multiguna Rp3,81 triliun, dan piutang sewa operasi sebesar Rp35,52 miliar.
Prospek Industri Pengguna Alat Berat
Performa sektor-sektor pengguna alat berat pun memberikan gambaran yang menarik. Dari sisi ekspor misalnya data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dan turunannya melonjak 32,92% dari US$10,55 miliar pada Januari—Juli 2024 menjadi US$14,02 miliar pada Januari—Juli 2025.
Lebih lanjut, volume ekspor CPO dan turunannya juga meningkat 10,95% dari 12,29 juta ton pada Januari—Juli 2024 menjadi 13,64 juta ton pada Januari—Juli di tahun ini.
Berbeda, batu bara mengalami penurunan nilai ekspor sebesar 21,74% secara kumulatif menjadi US$13,82 miliar sepanjang Januari—Juli 2025. Nilainya turun dari US$17,66 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Ini pun sejalan dengan volume ekspor yang juga turun 6,96% secara kumulatif menjadi 214,71 juta ton pada Januari—Juli 2025. Padahal, volumenya pernah mencapai 230,76 juta ton pada periode yang sama 2024.
Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) mencatat produksi alat berat sebanyak 4.460 unit pada semester I/2025. Angka tersebut naik 33,65% (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun lalu 3.337 unit.
Dalam laporan terbaru Hinabi, permintaan tertinggi masih didominasi oleh hydraulic excavator sebanyak 3.709 unit, bulldozer 3.885 unit, dan dump truck 358 unit.
Ketua Umum Hinabi Widayat Raharjo mengatakan kenaikan produksi secara tahunan ini sejalan dengan permintaan alat berat sektor agrikultur yang mengalami peningkatan sejak akhir semester lalu.
“First semester tahun 2025 masih imbas dari tahun lalu, di mana permintaan tahun lalu sangat tinggi dan berlanjut tahun ini, kuartal II/2025,” kata Widayat kepada Bisnis, dikutip pada Minggu (10/8/2025).
Terjadi pergeseran tren permintaan dari sektor pertambangan ke arah agrikultur. Adapun, pangsa pasar agrikultur saat ini 40%, kehutanan 45%, konstruksi 10%, dan pertambangan 5%.
Penurunan permintaan dari sektor pertambangan disebut terimbas harga komoditas batu bara yang mengalami penurunan. Dia pun memproyeksi tren permintaan ke depan masih akan turun untuk sektor ini.
“Tahun ini yang menarik adalah food estate, kami dari Hinabi berupaya bagaimana Hinabi dapat berkontribusi dengan maksimal di sektor tersebut,” tuturnya.
Namun, Widayat masih menemukan tantangan yakni dalam hal pengembangan kualitas produk yang andal dan berdaya saing tinggi agar memenuhi kebutuhan pasar.
Sumber Bisnis, edit koranbumn
















