PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mengatakan kendati di tengah pandemi Covid-19, perseroan akan tetap melakukan ekspansi walau tidak masif. Direktur Utama Bank BRI Sunarso mengatakan, ekspansi merupakan cara terbaik dalam menjaga keberlangsungan bisnis serta likuiditas.
“Kalau ditanya kapan BRI ekspansi. Sekarang pun kami sudah ekspansi. Kalau tidak, kami tidak akan tumbuh, dan kalau tidak tumbuh kami tidak bisa menyerap tenaga kerja,” ujar Sunarso dalam Live Conference di Jakarta, Selasa (16/6).
Namun, untuk saat ini Bank BRI memilih untuk melakukan ekspansi di sektor mikro terlebih dahulu. Terutama pada sektor-sektor yang memiliki dampak besar di tengah pandemi seperti pangan, alat kesehatan, dan obat-obatan alias farmasi. “Kami sudah petakan, untuk sektor pangan untuk di zona Covid-19 hijau, atau merah sekalipun harus tetap tumbuh,” sambungnya.
Meski tidak merinci pertumbuhannya, sejatinya menurut Sunarso per Mei 2020 realisasi kredit di sektor mikro sudah tumbuh hingga Rp 47 triliun. Selain itu, untuk menunjang kebutuhan ekspansi saat ini posisi likuiditas perseroan masih terbilang mencukupi. Begitu pula dari sisi permodalan yang masih dalam batas aman.
Apalagi, berbagai kelonggaran dari pemerintah dan regulator pun sudah dikeluarkan. Salah satunya dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) yang melonggarkan kebijakan restrukturisasi dari tiga pilar menjadi hanya satu pilar saja yakni kemampuan membayar debitur.
Selain itu, aturan tersebut juga memperbolehkan bank untuk tidak membentuk pencadangan untuk kredit yang direstrukturisasi terkait Covid-19.
Belum lagi, pemerintah melalui Kementerian Keuangan juga sudah menandatangani kebijakan mengenai pemberian bantuan subsidi bunga kredit kepada debitur yang terdampak Covid-19 khususnya di segmen UMKM.
Akan tetapi, Sunarso tetap menegaskan bahwa tidak seluruh debitur bakal mendapat keringanan. Pun, kalaupun mendapat keringanan, durasi yang diberikan hanya maksimal selama satu tahun. “Subsidi bunga untuk debitur itu hanya cukup untuk 6 bulan saja, dan bukan digratiskan.” imbuhnya.
Lebih lanjut, melalui sederet strategi yang disiapkan, BRI tetap optimis sampai akhir tahun masih bisa mencetak laba. Setidaknya separuh dari pencapaian di akhir tahun 2019 lalu yang mencapai Rp 34,4 triliun. “Kami akan tetap laba, meskipun tidak besar dan menurun, tentunya dengan melakukan efisiensi,” pungkasnya.
Sebagai tambahan informasi saja, sejak 16 Maret 2020 hingga 31 Mei 2020 Bank BRI sudah memberikan restrukturisasi kepada 2,63 juta nasabah dengan total baki debet Rp 160,5 triliun. Kalau dirinci, mayoritas restrukturisasi ada di segmen mikro sebesar Rp 60,61 triliun kepada 1,28 juta debitur.
Sementara khusus debitur Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI telah memberikan restrukturisasi ke lebih dari 1,23 juta debitur nilai mencapai Rp 21,91 triliun. Kemudian di segmen ritel sebanyak 90.609 debitur dengan nilai Rp 67,76 triliun. Sementara sisanya sebanyak Rp 8,42 triliun diberikan kepada 30.871 debitur segmen konsumer.
Sumber Kontan, edit koranbumn