PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. memproyeksi penurunan net interest margin atau NIM pada tahun ini seiring ekonomi yang terdampak pandemi Covid-19.
Direktur Utama Bank BRI Sunarso mengatakan penurunan marjin bunga bersih merupakan hal yang tidak bisa dihindari saat ini. Apalagi kredit pada 2020 diproyeksi hanya akan tumbuh 5 persen. Pada kuartal I/2020, BRI memperoleh NIM sebesar 6,59 persen.
Bank BRI pun mengaku akan menjaga margin bunga bersih kisaran 5,5 persen. Padahal, target awalnya, BRI mematok besaran NIM sebesar 7 persen.
“Kita harus revisi target. Secara full year, loan growth BRI akan tumbuh 5 persen saja,” ujar Sunarso dalam acara virtual Halalbihalal Pemimpin Redaksi dengan Jajaran Direksi BRI, Jumat (5/6/2020).
Adapun proyeksi margin tersebut lebih rendah dari realisasi selama 10 tahun terakhir. Pada 2019, realisasi NIM BRI adalah sebesar 6,73 persen, kemudian 2018 sebesar 7,22 persen, 2017 7,73 persen, 2016 sebesar 7,83 persen, dan 2015 sebesar 7,64 persen.
Bahkan, pada 2014 hingga 2010 realisasi margin BRI berada di kisaran 8 persen-10 persen. Tepatnya sebesar 8,02 persen pada 2014, 2013 sebesar 8,55 persen, 2012 8,42 persen, 2011 9,58 persen, dan tertinggi 2010 sebesar 10,77 persen.
Selain margin yang tergerus, BRI juga memproyeksi akan mengalami penurunan pendapatan non bunga. Pendapatan non bunga atau fee based income (FBI) dan biaya operasional atau operating expenditure (Opex) yang masing-masing dijaga sebesar 7 persen dan 9 persen.
Sumber BRI, edit koranbumn