PT BRI Syariah Tbk (BRIS) mencatatkan pembiayaaan tumbuh 57,9% secara year on year (yoy) menjadi Rp 40,36 triliun pada kuartal III-2020.
Pertumbuhan pembiayaan tersebut ditopang oleh segmen ritel yang berhasil tumbuh hingga 96% yoy menjadi Rp 30,9 triliun. Sementara di segmen komersial tercatat turun 3,1% menjadi Rp 9,4 triliun.
Pembiayaan ritel di BRI Syariah ini terdiri dari konsumer, mikro, serta segmen Usaha Kecil & Menengah (UKM) dan linkage. Pembiayaan mikro perseroan meningkat 165% ke Rp 10,94 triliun. Ini terdiri dari KUR yang naik Rp 1,34 triliun menjadi Rp 4,52 triliun, gadai mikro naik dari Rp 27 miliar ke Rp 60 miliar, dan mikro faedah naik dari Rp 3,83 triliun menjadi Rp 6,36 triliun.
Pembiayaan konsumer tumbuh 53,7% menjadi Rp 12,2 triliun, sedangkan pembiayaan UKM dan linkage tumbuh 94,23% menjadi Rp 7,75 triliun.
Direktur Bisnis Ritel BRIS Fidri Arnaldy mengatakan, capaian cemerlang tersebut merupakan buah dari strategi perseroan dengan melakukan transformasi digital dan Sumber Daya Manusia (SDM).
“Dengan transformasi itu, kami bisa melakukan pembiayaan cepat dan akurat. Dari sisi produktivitas SDM juga meningkat signifikan,” kata Fidri saat public expose virtual, Kamis (5/11).
BRI Syariah memiliki visi menjadi bank ritel modern. Strategi lain bank ini dalam melakukan pembiayaan di tengah pandemi adalah fokus pada sektor yang tidak terlalu terdampak Covid-19 seperti pembiayaan perumahan subsidi dengan skema FLPP dan pembiayaan KUR.
Pertumbuhan pembiayaan tersebut juga diimbangi oleh kenaikan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 72,7% menjadi Rp 48,73 triliun. Rasio dana murah (CASA) bank ini meningkat 13,% menjadi 51,33 %.
Kenaikan pembiayan dan DPK membuat aset perseroan tumbuh 51,4% menjadi Rp 56,09 triliun. Rasio pembiayaan bermasalah atau non performing finance (NPF) BRIS juga menurun 1,1% secara gross menjadi 3,35% pada September dan secara net turun 2,24% pada kuartal III 2019 menjadi 1,17%.
Alhasil, laba bersih BRI Syariah juga melonjak signifikan pada kuartal III sebesar 237,5 % menjadi Rp 191 miliar. Untuk mengantispasi risiko pembiayaan ke depan di tengah tekanan Covid-19, perseroan terus meningkatkan pencadangan menjadi 91,13% dari 43,9% pada September 2019.
Sumber Kontan, edit koranbumn