PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mengungkap pihaknya telah mendapatkan komitmen pinjaman luar negeri sebesar US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14,93 triliun (kurs Rp 14.932 per dolar AS). Dana ini menurut Direktur Utama BRI Sunarso nantinya akan dipakai untuk memenuhi kebutuhan likuiditas perusahaan dalam menghadapi krisis pandemi Covid-19.
Lebih lanjut, bank bersandi bursa BBRI ini menyebut pinjaman tersebut berasal dari 13 bank asing. Ia juga mengklaim pinjaman dari bank asing tersebut akan memiliki bunga yang rendah dengan rata-rata di bawah 2%.
“Kami jaga-jaga untuk likuiditas, makanya kami sudah deal dengan bank-bank asing. Sudah terbentuk 13 bank yang komitmen untuk memberikan pinjaman US$ 1 miliar,” katanya dalam video conference di Jakarta, Jumat (15/5).
Sunarso menambahkan, pihaknya memperkirakan akan mulai menarik fasilitas pinjaman tersebut pada Juni 2020 mendatang. Nantinya, perseroan dipastikan akan menukarkan pinjaman dalam bentuk valuta asing (valas) ke dalam mata uang rupiah.
Bukan tanpa alasan pihaknya mencari tambahan likuiditas, pasalnya menurut hitung-hitungan BRI setidaknya sebanyak Rp 112 triliun dibutuhkan untuk memenuhi permintaan restrukturisasi debitur terdampak Covid-19. Dana sebesar Rp 112 triliun dinilai akan cukup untuk memberikan restrukturisasi kepada debiturnya selama 12 bulan.
Ia merinci, perusahaan membutuhkan likuiditas sebesar Rp 91,04 triliun untuk memberikan restrukturisasi berupa penundaan pokok. Kemudian, jumlah dana yang dibutuhkan BRI untuk memberikan relaksasi berupa penundaan atau pengurangan bunga sebesar Rp 21,7 triliun.
“Dan berdasarkan hitung-hitungan kami ternyata kami membutuhkan subsidi bunga sekitar Rp 5,8 triliun,” katanya.
Sumber Kontan, edit koranbumn