Perbankan sudah mulai menggenjot penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) setelah sebelumnya fokus menyelamatkan debitur terdampak pandemi Covid-19 melalui lewat program restrukturisasi kredit.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) misalnya terus mempercepat penyaluran KUR untuk mencapai target tahun ini dengan mengoptimalkan tenaga pemasar mikro (mantri) dan RM dengan memanfaatkan pipeline yang ada berupa penerima BPUM, anggota cluster usaha, pedagang pasar dan pelaku UMKM.
Per Oktober 2020, BRI telah menyalurkan KUR senilai Rp 105,3 triliun atau 75,1% dari kuota yang diberikan pemerintah kepada perseroan tahun ini yakni Rp 140,2 triliun.
“Sektor produksi masih mendominasi penyaluran tersebut atau sekitar 59,3%. Itu berasal dari sektor pertanian, perikanan, industri dan jasa,” kata Aestika Oryza, Sekretaris Perusahaan BRI
Secara lebih rinci, KUR Mikro yang sudah disalurkan senilai Rp 89,54 triliun untuk 3,4 juta debitur. Sedangkan dalam bentuk KUR kecil disalurkan Rp 10,57 triliun kepada 44.000 debitur.
Sementara restrukturisasi KUR terdampak pandemi telah mencapai Rp 25,12 triliun per Oktober dengan jumlah debitur 1,4 juta.
Sebagian besar debitur KUR masih mampu memenuhi kewajibannya tepat waktu. Oleh karena itu, rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) KUR BRI masih sangat rendah yakni hanya 0,06% ” Kualitas pembiayaan KUR sangat baik. 88% debitur KUR kami masih bisa memenuhi kewajibannya tepat waktu,” kata Aestika.
BRI memperkirakan debitur yang ikut program relaksasi itu akan bangkit kembali dan kecil kemungkinan ada yang gagal mengingat sudah banyak pelonggaran yang diberikan.
Sumber Kontan, edit koranbumn