PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatatkan volume penjualan batubara di sepanjang kuartal pertama 2020 sebesar 6,8 juta ton. Realisasi ini naik 2,1% dari pada periode yang sama tahun sebelumnya yakni 6,6 juta ton . Meski demikian, volume produksi PTBA terkontraksi sekitar 2,8% yang disebabkan oleh curah hujan yang tinggi khususnya pada awal tahun.
Untuk volume angkutan batubara dengan menggunakan kereta api mengalami peningkatan sebesar 12,1% dari periode yang sama tahun sebelumnya, yakni dari 5,8 juta ton menjadi 6,5 juta ton.
Pencapaian emiten pelat merah ini tidak lepas dari strategi manajemen dalam melakukan efisiensi yang berkelanjutan di semua lini & mengoptimalkan peluang pasar ekspor ke beberapa negara seperti India, Hong Kong, Taiwan, Thailand, Vietnam dan sejumlah negara Asia lainnya.
“Strategi optimasi penjualan ekspor batu bara medium to high calorie ke premium market juga menyokong pencapaian ini,” ujar Hadis Surya Palapa, Sekretaris Perusahaan Bukit Asam.
Beberapa strategi efisiensi yang telah dilakukan PTBA sepanjang kuartal pertama 2020 antara lain melakukan upaya penurunan harga pokok penjualan (HPP) melalui penerapan optimasi biaya jasa penambangan. Efisiensi ini menekan rasio pengupasan (stripping ratio) dan jarak angkut yang paling optimal.
PTBA juga melakukan optimasi jam jalan alat serta penghematan Bahan bakar minyak (BBM). Saat ini PTBA juga tengah melakukan upaya negosiasi tarif dengan beberapa mitra kerja utama. “Tentunya strategi efisiensi akan ditempuh PTBA untuk melalui kondisi yang sangat menantang ini,” ujar Hadis.
Hadi mengatakan, pandemi Covid-19 yang terjadi mulai dari akhir tahun 2019 memang belum memberikan dampak yang signifikan bagi kinerja PTBA pada kuartal I-2020. Namun memasuki periode triwulan II, dampak dari semakin meluasnya penyebaran Covid-19 mulai dirasakan oleh PTBA.
Hal ini diindikasikan dari berkurangnya permintaan batubara dari pasar ekspor maupun domestik. Menyikapi hal tersebut, saat ini emiten konstituen Indeks Kompas100 tersebut sedang mempersiapkan revisi target dan racikan strategi yang tepat guna mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang diprediksi akan terjadi ke depan.
Meski demikian, Hadis masih memberi sinyal belum ada perubahan alokasi belanja modal atau capital expenditure (capex).
“Saat ini kami sedang melakukan kalkulasi ulang terhadap rencana produksi dan penjualan tahun 2020 ini dengan mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang akan muncul akibat dari semakin meningkatnya penyebaran wabah Covid-19 ini. Namun untuk capex kemungkinan cenderung tidak berubah,” sambung dia.
Sebagai gambaran, awalnya PTBA merencanakan produksi batubara sebesar 30,3 juta ton hingga akhir 2020 atau naik 4% dari realisasi tahun sebelumnya. Target angkutan pada 2020 ditargetkan menjadi 27,5 juta ton atau meningkat 13% dari realisasi angkutan kereta api tahun lalu.
Sedangkan untuk volume penjualan batubara,tahun ini PTBA menargetkan untuk menjual 29,9 juta ton, yang terdiri dari penjualan batubara domestik sebesar 21,7 juta ton dan penjualan batubara ekspor sebesar 8,2 juta ton. Jumlah ini meningkat 8% dari realisasi penjualan batubara pada akhir 2019.
Untuk tahun 2020, PTBA menganggarkan capex sebesar Rp4,0 triliun. Sebanyak Rp3,8 triliun untuk investasi pengembangan dan Rp228,9 miliar untuk investasi rutin.
Sumber KOntan, edit korabumn