Emiten pertambangan batu bara, PT Bukit Asam Tbk, optimistis penghiliran batu bara melalui gasifikasi dapat menghemat devisa negara hingga Rp8,7 triliun.
Sekertaris Perusahaan Bukit Asam Apollonius Andwie C. mengatakan bahwa PTBA terus berkomitmen mengembangkan penghiliran batu bara antara lain dengan rencana pembangunan pabrik pemrosesan batu bara menjadi dymethil eter (DME) yang berlokasi di Tanjung Enim, Sumatera Selatan.
Keberadaan DME sebagai bahan bakar alternatif bisa membantu menekan impor LPG dan menghemat devisa negara.
“Karena, berdasar hitungan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, potensi penghematan negara bisa mencapai Rp8,7 triliun,” ujar Apollonius seperti dikutip dari keterangan resminya, Selasa (27/10/2020).
Hal itu pun sejalan dengan visi Presiden Joko Widodo untuk percepatan peningkatan nilai tambah batu bara.
Adapun, pabrik hilirisasi batu bara tersebut akan mengolah sebanyak 6 juta ton batu bara per tahun dan diproses menjadi 1,4 juta ton DME yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti LPG.
Untuk diketahui, persiapan konstruksi proyek hilirisasi direncanakan dimulai pada pertengahan 2021 dengan target operasi pada 2025.
Proyek hilirisasi ini juga telah disetujui Presiden Joko Widodo sebagai bagian dari Program Strategis Nasional sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020.
Berdasarkan catatan Bisnis, PTBA menggandeng perusahaan berbasis di Amerika Serikat, Air Products and Chemicals Inc, dalam proyek penghiliran batu bara untuk pengembangan gasifikasi.
Total investasi senilai US$3,2 miliar, atau sekitar Rp6,4 triliun dengan estimasi kurs Rp15.000 per dolar AS. Nantinya, Air Products bertindak sebagai investor di bisnis Upstream dan Downstream.
Gasifikasi ini akan mengkonversi batubara muda menjadi syngas untuk kemudian diproses menjadi Dimethyl Ether (DME), Methanol, dan Mono Ethylene Glycol (MEG)
Sumber Bisnis, edit koranbumn