PT Bukit Asam Tbk (PTBA) optimistis menatap prospek pasar batubara di tahun 2021 mendatang. Manajemen perusahaan pelat merah ini memprediksi, dalam jangka panjang batubara akan lebih banyak dimanfaatkan untuk keperluan domestik ketimbang sekadar menjadi komoditas ekspor.
Sekretaris Perusahaan PTBA Apollonius Andwie C. mengatakan, batubara masih akan menjadi sumber bauran energi di Indonesia hingga 20 tahun ke depan, meski porsinya terus menurun dari tahun ke tahun.
Hal tersebut diperkuat adanya kebijakan hilirisasi batubara menjadi produk akhir yang lebih bernilai. Dengan demikian, utilisasi batubara di Indonesia akan tetap dominan di masa depan.
Terkait hilirisasi, PTBA sedang mengawal proyek gasifikasi batubara menjadi dymethil ether (DME) di Tanjung Enim, Sumatra Selatan. PTBA menggandeng PT Pertamina (Persero) dan Air Product untuk mengerjakan proyek tersebut.
Nantinya, PTBA akan memasok kebutuhan batubara untuk fasilitas gasifikasi, sedangkan Air Product akan bertindak sebagai penyedia teknologi dan investor. Adapun Pertamina berperan sebagai offtaker atau pembeli produk DME hasil dari proyek tersebut.
Dalam catatan Kontan.co.id, total investasi proyek gasifikasi batubara tersebut sekitar US$ 2,1 miliar. Proyek ini ditargetkan selesai dan beroperasi secara komersial pada kuartal II-2024.
Proyek gasifikasi batubara PTBA pun ditetapkan menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN) melalui penerbitan Peraturan Presiden No. 109 Tahun 2020 pada 17 November 2020 lalu.
“Naiknya status proyek gasifikasi batubara sebagai salah satu PSN merupakan sinyal positif dan dukungan besar dari pemerintah untuk mempercepat pengoptimalan sumber daya alam yang melimpah di Indonesia demi peningkatan pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan, dan kesejahteraan masyarakat,” ungkap sosok yang akrab disapa Pollo tersebut, Rabu (23/12).
Asal tahu saja, pabrik gasifikasi batubara ini akan mampu menghasilkan 1,4 juta ton DME per tahun. Hasil produksi ini dipercaya mampu mengurangi impor LPG sebanyak 1 juta ton per tahun. Artinya, total penghematan neraca perdagangan berkat proyek tersebut diperkirakan sebesar Rp 5,5 triliun per tahun.
PTBA tak hanya fokus pada proyek hilirisasi batubara. Perusahaan ini juga mengawal pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sumsel-8 berkapasitas 2×620 MW yang memiliki nilai investasi sebesar US$ 1,68 miliar.
“PLTU ini merupakan bagian dari proyek listrik 35.000 MW dan dibangun oleh PTBA melalui PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) sebagai Independent Power Producer (IPP),” ujar Pollo.
Sebagai informasi, PT HBAP merupakan konsorsium antara PTBA dengan China Huadian Hongkong Company Ltd.
Hingga saat ini, progres pembangunan PLTU Sumsel-8 mencapai 55%. PLTU yang membutuhkan batu bara sebanyak 5,4 juta ton per tahun ini diperkirakan akan beroperasi penuh secara komersial pada kuartal I-2022.
Sumber Kontan, edit koranbumn