PT Bukit Asam Tbk (PTBA) terus memacu penjualan. Bukan hanya domestik, Bukit Asam juga memacu penjualan ke pasar ekspor. Direktur Pengembangan Usaha Bukit Asam Fuad Iskandar Zulkarnain Fachroeddin mengatakan, per Juni 2021, rasio antara penjualan domestik dengan ekspor sebesar 63% berbanding 37% dari total penjualan.
“Namun, ini bukan rencana sampai akhir tahun. Rasio penjualan direncanakan sebesar 53% untuk domestik dan 47% untuk penjualan ekspor, hampir berimbang,” terang Fuad dalam paparan kinerja semester pertama 2021 yang digelar Rabu (1/9). Adapun lima negara yang menjadi pasar terbesar Bukit Asam yakni China, Taiwan, Filipina, India, dan Vietnam.
Fuad melanjutkan, kenaikan porsi ekspor ini seiring dengan kenaikan rencana produksi PTBA yang meningkat menjadi 30 juta ton dari sebelumnya 25 juta ton tahun ini. “Jelas bahwa ekspor akan meningkat,” sambung Fuad.
PTBA mencatatkan volume penjualan sebanyak 12,9 juta ton di semester pertama 2021. Jumlah ini naik 3,2% dari penjualan di periode yang sama tahun lalu sebesar 12,5 juta ton. Tahun 2021, emiten pelat merah tersebut menargetkan penjualan sekitar 30 juta ton yang kurang lebih sama seperti volume produksi.
Adapun total produksi batubara PTBA selama semester pertama 2021 mencapai 13,3 juta ton, naik 10,83% dari capaian produksi di semester pertama 2020 sebesar 12 juta ton.
PTBA membukukan laba bersih senilai Rp 1,77 triliun sepanjang enam bulan pertama 2021. Keuntungan emiten pelat merah ini naik 38,04% dari laba bersih di periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 1,28 triliun.
Terpolesnya laba bersih Bukit Asam tidak terlepas dari kenaikan pendapatan. PTBA membukukan pendapatan bersih senilai Rp 10,29 triliun atau naik 14,2% dari pendapatan di semester pertama 2021 sebesar Rp 9,01 triliun.
Direktur Utama Bukit Asam, Suryo Eko Hadianto mengatakan, kenaikan kinerja ini seiring dengan pemulihan ekonomi global maupun nasional yang mendorong naiknya permintaan atas batubara. Hal ini disertai dengan kenaikan harga batubara yang signifikan hingga menyentuh level US$ 134,7 per ton pada 30 Juni 2021.
Suryo mengatakan, dengan melihat kondisi bisnis seperti hubungan China dengan Australia yang masih merenggang, serta pandemi saat ini, pihaknya meyakini prospek batubara masih akan cerah. “Ini akan memperkuat harga batubara, sehingga kami meyakini harga ini akan stabil hingga akhir tahun,” terang Suryo.
Sumber Kontan, edit koranbumn