Perum Bulog turut memasarkan produk beras premium bervitamin Fortivit untuk mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan imun masyarakat di masa pandemi Covid-19. Direktur Utama Bulog, Budi Waseso, mengatakan, pengembangan pasar beras Bulog saat ini juga seiring dengan tuntutan kebutuhan masyarakat untuk menjaga kesehatan.
“Situasi pandemi yang masih dihadapi hampir mengubah seluruh tatanan masyarakat baik aktivitas ekonomi, sosial, dan cara hidup. Dalam hal ini untuk meningkatkan gizi masyarakat, Bulog meluncurkan beras Fortivit,” kata Buwas, sapaan akrabnya, dalam webinar, Jumat (20/8).
Ia menjelaskan, beras Fortivit masuk dalam jenis beras premium yang mengandung vitamin B1, B3, B6, B12, asam folat, zat besi dan seng (Zn). Pihaknya berharap masyarakat dapat mengenal produk beras yang diproduksi oleh Bulog untuk menjadi alternatif pilihan dalam perubahan gaya hidup sehat saat ini.
“Hanya dengan nutrisi yang cukup dan memadai, masyarakat akan semakin sehat dan tangguh karena beras Fortivit mengandung sedikit karbohidrat tapi kaya kandungan vitamin,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Bisnis Bulog, Febby Novianti menambahkan, Bulog saat ini mulai memperhatikan peningkatan akses konsumsi pangan bergizi seiring dengan situasi pandemi. Pihaknya optimistis, inovasi bisnis Perum Bulog sebagai perusahaan pelat merah dapat membantu pemerintah untuk mengatasi masalah gizi serta imunitas masyarakat yang rendah.
Ia menyampaikan, beras Fortivit sebetulnya sudah mulai dibuat sejak 2019 lalu. Namun, mulai saat ini Bulog akan terus memperluas pasar hingga masuk ke sejumlah toko ritel modern agar lebih mudah dikenal kkonsumen. Bulog juga menggunakan platform e-commerce dalam memasarkan beras premiun bervitamin tersebut.
“Beberapa daerah juga sudah melakukan kerja sama jadi bagi para ASN menggunakan beras Fortivit, ujarnya.
Ahli spesialis gizi klinik, dr. Feni Nugraha, MARS, MGz, SpGK, menambahkan, masalah utama yang muncul selama pandemi Covid-19 adalah pola makan yang tidak sehat, aktivitas fisik yang kurang dan stress. Ia menyebut “triple burden” masalah gizi di Indonesia saat in adalah kurangnya gizi (termasuk stunting), obesitas dan kekurangan zat gizi mikro sehingga menyebabkan daya tahan tubuh rendah dan mudah terinfeksi.
“Terobosan fortifikasi produk pangan seperti pada garam, tepung terigu, minyak dan beras yang telah dikembangkan saat ini sangat bermanfaat guna meningkatkan kualitas nutrisi di makanan, contoh nyatanya seperti yang dilakukan Bulog pada Beras Fortivit ini,” katanya.
Sumber Republika, edit koranbumn