Dua bank milik pemerintah yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) gelar aksi pembelian kembali saham (buyback) akibat volatilitas pasar saham. Secara total, keduanya akan menyiapkan dana Rp 4,8 triliun.
BRI telah memulai aksi tersebut sejak Jumat (13/3) lalu dan akan berlangsung hingga tiga bulan mendatang hingga 12 Juni 2020 mendatang. Bank dengan aset terbesar di tanah air menyiapkan dana maksimal Rp 3 triliun dari kas perseroan untuk melaksanakan aksi ini.
Sesuai ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), aksi buyback akan dilakukan minimum 7,5%, dan maksimum 25% dari modal disetor. Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Jumat (13/3) perseroan mengaku aksi ini tak akan berpengaruh signifikan terhadap biaya operasional, sehingga laba tahun ini diproyeksikan masih sesuai target.
“Selain itu, potential loss dari pengalihan aset berupa kas menjadi treasury stock diprediksi tidak akan mempengaruhi pendapatan secara signifikan. Kami yakin aksi ini tidak akan berdampak negatif yang material terhadap kegiatan usaha kami. Kami memiliki modal kerja dan arus kas yang cukup untuk melaksanakan transaksi bersamaan kegiatan usaha perseroan,” tulis BRI.
Per Januari 2020, aset BRI secara individual (bank only) tercatat senilai Rp 1.279,57 triliun, dengan total ekuitas senilai Rp 192,61 triliun Dengan alokasi Rp 3 triliun maka aset akan berkurang menjadi Rp 1.276,57 triliun dan ekuitas menjadi Rp 189,61 triliun.
Sementara BNI akan menggelontorkan dana Rp 1,8 triliun untuk menggelar aksi mulai besok Senin (16/3) hingga 15 Juni 2020. Senada, bank berlogo angka 46 ini juga menyatakan transaksi buyback juga tak akan mengganggu neraca keuangan perseroan.
“Pendapatan perseroan diperkirakan tidak akan menurun akibat pelaksanaan pembelian kembali saham. Sementara biaya yang dikelaurkan diperkirakan akan berdampak minimal,” tulis BNI.
Adapun per Januari 2020, aset individu (bank only) BNI tercatat senilai Rp 766,46 triliun dengan ekuitas Rp 106,98 triliun. Pasca aksi, aset perseroan diprediksi akan menjadi Rp 764,66 triliun dengan ekuitas menjadi Rp 105,18 triliun.
Sumber kontan, edit koranbumn