PT Perikanan Indonesia (Persero) melakukan ekspor perdana gurita hasil tangkapan nelayan di ujung pulau Indonesia bagian Barat, yakni di Kabupaten Simeulue, Provinsi Aceh ke Tokyo, Jepang.
Ekspor ini merupakan sejarah dan yang pertama kalinya, hasil perikanan Simeulue berupa gurita dapat dinikmati di mancanegara.
Data Badan Pusat Statistik mencatat, Kabupaten Simeulue belum pernah melakukan ekspor komoditas perikanan. Dari 24 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh, baru kota Aceh saja yang melakukan ekspor perikanan ke mancanegara.
Direktur Operasional PT Perikanan Indonesia (Persero) Raenhat Tiranto Hutabarat mengatakan ini pertama kalinya perusahaan memasarkan hasil tangkapan nelayan Pulau Simeulue ke pasar ekspor. Menurut dia, komoditas gurita di Simeulue adalah produk yang paling dilirik oleh Negeri Sakura.
Sebagai BUMN Perikanan, PT Perikanan Indonesia (Persero) yang melakukan ekspor gurita ke Tokyo, Jepang. Adapun pada tahap pertama, PT Perindo menyerap tangkapan nelayan Simeulue sebanyak 10 Ton gurita untuk diekspor ke Jepang. Alurnya, gurita dari Simeulue di bawa ke Belawan melalui jalur darat untuk selanjutnya dikirim via laut ke Jepang oleh PT Perikanan Indonesia Cabang Belawan.
“Kami berkomitmen mendukung para nelayan di ujung barat Indonesia untuk memasarkan produknya ke mancanegara. Komitmen ini berupa ekspor tahap awal 10 ton gurita dan berlanjut 15 ton setiap bulannya hingga 2022,” katannya usai melepas ekspor gurita ke Jepang.
Tak tanggung-tanggung, potensi nilai ekspor diestimasi mencapai Rp25 miliar untuk ekspor gurita Kabupaten Simeulue hingga 2022.
Menurut Raenhat, nelayan di Pulau Simeulue harus mendapatkan perhatian lebih. Kabupaten Simuelue merupakan pulau kecil yang dikeililingi Samudera Hindia. Raenhat menilai potensi perikanan sangat besar di kepulauan ini. Mata pencaharian terbesar pun didominasi oleh nelayan. Oleh sebab itu, nelayan harus naik kelas dari ujung barat hingga ujung timur Indonesia.