Perusahaan Umum Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia akan melakukan uji coba satu unit bus listrik. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui kecocokan bus listrik untuk operasional DAMRI di Tanah Air.
Direktur Komersial dan Pengembangan Bisnis Perum DAMRI Sandry Pasambuna mengatakan bahwa nantinya, pengoperasian bus listrik ini diharapkan dapat menekan gas emisi dan menggantikan peran bus berbahan bakar minyak sehingga dapat mengurangi polusi udara.
“Keunggulan bus listrik sendiri seperti bunyi kendaraan yang senyap, hening, nyaman, serta bebas polusi udara. DAMRI ingin menunjukkan bahwa telah bertransformasi menuju penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan, resiliensi, berkelanjutan, berinovatif, penyediaan alat produksi yang andal, modern dan berbasis teknologi mutakhir untuk mendukung konektivitas transportasi darat,” jelasnya, Senin (21/9/2020).
Selain itu, Indonesia adalah salah satu penandatanganan United Nations Paris Accord tentang Perubahan Iklim sehingga harus dipastikan bahwa DAMRI akan mengimplementasikan bus listrik berbasis energi terbarukan.
Dalam waktu dekat ini DAMRI akan menguji coba bus listrik terlebih dahulu, jika hasilnya sesuai dengan harapan, tidak menutup kemungkinan akan dapat diimplementasikan pada seluruh armada di seluruh Indonesia.
Perum DAMRI sebelumnya berfokus memperbaiki struktur keuangannya sebelum bisa membeli bus listrik. Rencananya, DAMRI akan meminjam dari Asian Development Bank.
Direktur Utama Perum DAMRI S.N. Milatia Moemin mengatakan bahwa perusahaan sejak 2018 sudah merencanakan ekspansi besar bus listrik, tetapi karena belanja modal cukup besar, dibutuhkan waktu agar dapat pinjaman yang tepat.
Pihaknya fokus memperbaiki struktur keuangannya agar mendapatkan peringkat yang baik dan sesuai persyaratan pinjaman dari ADB yang wajib minimal dengan rating B+.
Menurutnya, jika DAMRI menggunakan pinjaman dari perbankan, bunga pinjamannya lebih tinggi dari ADB sehingga beban yang diberikan kepada masyarakat berupa tarif akan lebih besar.
Milatia memiliki dua skema pengadaan bus listrik di layanan DAMRI, yakni melalui penggantian bus angkutan Bandara Soekarno-Hatta dan masuk ke pengadaan bus dari Transjakarta.
Skema pertama DAMRI mengganti 400—500 unit bus yang ada di Bandara Soekarno Hatta dalam 5 tahun, 70 persen dari armada itu. Kedua, masuk menjadi layanan Transjakarta (TJ). Hal ini sangat bergantung dari TJ karena menjadi hak TJ memilih operator bus listrik yang bekerja sama dengannya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn