PT Bank Mandiri (Persero) Tbk memaksimalkan peran anak usaha yang bergerak sebagai modal ventura untuk melakukan pendanaan pada startup yakni Mandiri Capital.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan Mandiri Capital yang saat ini telah berdiri selama lima tahun akan mampu menjaga keuanggulan Bank Mandiri di sektor jasa keuangan terutama di sektor whole sale banking.
Mandiri Capital ke depannya diharapkan mampu mendukung peran perseroan di pasar domestik agar selalu terjaga dan bertahan dari serangan disrupsi digital banking.
“Banyak upaya yang bisa di tanggal atau lakukan kerja sama, bersama Mandiri Capital untuk menangkan persaingan ke depan,” katanya dalam webinar, Rabu (25/11/2020).
Menurutnya, di tengah disrupsi teknologi, beberapa startup company terus bergerak maju. Mandiri Capital pun diharapkan memiliki peran dalam mendukung pendanaan startup tersebut.
“Kami tidak ingin terdistrupsi oleh startup jasa keuangan secara digital, sekarang harapan itu bisa dieprankan Mandiri Capital ke depan,” katanya.
Adapun Mandiri Capital Indonesia (MCI) telah berinvestasi atau penyertaan saham senilai total Rp1 triliun kepada 14 startups di bidang teknologi finansial (Tekfin) sejak berdiri 5 tahun lalu. Investasi tersebut dilakukan ke beberapa subsektor tekfin seperti platform pinjaman online (P2P Lending), pembayaran, dan solusi bisnis.
Direktur Utama MCI Eddi Danusaputro mengatakan melalui investasi tersebut MCI telah mendorong berbagai inovasi dan sinergi dengan Mandiri Group, seperti penyaluran modal (loan channeling) ke lebih dari puluhan ribu segmen UMKM, baik dari sektor bisnis kovensional hingga pertanian.
“Kami juga membantu mengembangkan digitalisasi UMKM, baik dari sisi pembayaran maupun dukungan sistem lainnya, seperti proses akuntansi dan sumber daya manusia (HR), serta penggunaan digital signature sebagai bentuk efisiensi proses bisnis,” katanya.
Pada platform P2P lending, lanjut Eddi, MCI telah berinvestasi di Amartha, Crowde, KoinWorks, dan Investree. Untuk pembayaran, investasi MCI telah dilakukan di platform LinkAja, Yokke, PTEN dan DAM. Sementara pada tekfin solusi bisnis, investasi MCI dilakukan di Mekari, PrivyID, Cashlez, Gojek, Iseller dan Halofina.
Seperti diketahui, MCI berdiri pada 10 November 2015 bersamaan dengan keluarnya izin sebagai Perusahaan Modal Ventura (PMV) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Berdirinya MCI sejalan dengan dimulainya fase disrupsi finansial oleh perusahaan rintisan (Startups). Pendirian MCI oleh Bank Mandiri pun bertujuan sebagai jembatan untuk mendorong inovasi dan sinergi antara Mandiri Group dengan Startups di dalam ekosistem.
Chief Financial Officer MCI Hira Laksamana menyampaikan bahwa, bisnis MCI setiap tahunnya terus bertumbuh dengan baik. Meskipun kondisi perekonomian pada tahun ini mengalami berbagai tantangan. Hal tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya posisi ekuitas dan aset MCI per September 2020, dimana masing-masing berada di kisaran Rp1,8 Triliun dan Rp2 triliun.
“Capaian ini menempatkan MCI berada di posisi terbesar pertama untuk ekuitas dan kedua untuk aset dibandingkan dengan pelaku PMV lainnya di Indonesia,” katanya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn