Salah satu produsen pupuk PT Petrokimia Gresik menilai di tengah tekanan pandemi virus corona atau Covid-19, selalu ada peluang yang dapat diambil demi menjaga kelangsungan kinerja perseroan.
Direktur Utama PT Petrokimia Gresik Rahmad Pribadi mengatakan salah satu kendala yang perseroan hadapi terkait kondisi ini di antaranya persoalan harga bahan baku pupuk. Menurut Rahmad bahan baku pupuk yakni asam sulfat yang berasal dari sulfur saat ini mengalami penurunan harga seperti minyak dunia.
Dia menjelaskan, harga sulfur dunia saat ini sudah nol bahkan di sejumlah negara minus. “Semestinya kalau sampai ke Indonesia kita bisa dapat gratis tetapi yang terjadi harga sulfur saat ini tidak bergeming. Jadi yang kami lakukan dengan mematikan produksi sulfur dan memilih impor guna menjaga produk agar lebih kompetitif,” katanya dalam MarkPlus Industry Roundtable, Selasa (12/5/2020).
Sisi lain, pada tahun lalu perseroan telah berhasil mencapai rekor penjualan ekspor tertinggi yang pernah dilakukan Petrokimia Gresik. Upaya di atas pun juga dilakukan guna menjaga capaian tersebut.
Pada kuartal I/2020 Perseroan telah merilis rencana ekspor 203.000 ton pupuk ke India dan Meksiko. Adapun pupuk yang diekspor terdiri dari 125.000 ton pupuk NPS untuk India dan 78.000 ton pupuk Urea yang 45.000 ton ke India dan 33.000 ton ke Meksiko.
Rahmad optimis pada 2020 ini Petrokimia Gresik akan kembali mencetak rekor penjualan ekspor. Perusahaan menargetkan ekspor pupuk komersil ZK, NPK, NPS, dan Urea sebanyak 435.000 ton, atau 10 persen lebih besar dari catatan kinerja ekspor tertinggi sepanjang sejarah Petrokimia Gresik tahun 2019, yaitu 392.000 ton.
Dari dalam negeri, meski di tengah wabah covid-19 ini perseroan juga telah mempercepat peluncuran produk baru yakni pupuk organik cair bertajuk Phonska Oca. Produk itu 100 persen mengandung bahan lokal sehingga tidak akan terpengaruh fluktuasi nilai tukar rupiah.
“Saat ini kami terus sosialisasi melalui digital sehingga usai covid-19, produk baru itu sudah dapat tersedia jaringan-jaringan kami,” ujarnya.
Rahmad pun yakin, virus corona akan membawa berkah di antaranya pembangunan yang berkelanjutan. Pasalnya, usai pandemi dunia akan memiliki sudut pandang lain yang akan meninggalkan hal-hal yang tidak memiliki kerberlangsungan yang lama.
Rahmad juga menjamin bahwa ekspor pupuk ini sama sekali tidak akan menggangu pasokan pupuk bersubsidi nasional. Dari 7,9 juta ton alokasi pupuk bersubsidi nasional yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian.
Petrokimia Gresik sendiri bertanggung jawab atas penyaluran sekitar 4,7 juta ton selebihnya akan disalurkan oleh produsen pupuk lain di bawah Pupuk Indonesia.
Hingga akhir April 2020 lalu, realiasi penyaluran telah mencapai 1,69 juta ton atau 36 persen dari total alokasi Petrokimia Gresik. Khusus untuk Provinsi Jatim, realisasi penyalurannya sebesar 632 ribu ton atau 31 persen dari 2 juta ton alokasi penyaluran Petrokimia Gresik.
Sementara itu, Pupuk Indonesia selaku induk usaha pupuk BUMN juga telah menyiapkan satu juta ton stok pupuk bersubsidi untuk kebutuhan alokasi selama masa PSBB atau akhir bulan ini.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 378 ribu ton diantaranya adalah stok dari Petrokimia Gresik. Jumlah ini dua kali lebih banyak dari ketentuan pemerintah sebesar 176 ribu ton. Sedangkan Provinsi Jatim, stok yang tersedia sebesar 142 ribu ton atau 181 persen dari ketentuan pemerintah sebesar 78 ribu ton.
Adapun kapasitas produksi pabrik Petrokimia Gresik saat ini mencapai 8,9 juta ton per tahun, terdiri dari 3,9 juta ton produk non-pupuk dan 5 juta ton produk pupuk. Ditambah 1,5 juta ton pupuk organik yang diproduksi melalui Mitra Produksi Petroganik di berbagai daerah.
“Jadi kesempatan kami untuk memperluas pasar pupuk komersil, baik ekspor maupun domestik, masih sangat terbuka lebar,” kata Rahmad.
Sumber Bisnis, edit koranbumn