Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan tingkat suku bunganya menjadi 6,25% pada akhir bulan lalu telah memberikan kejutan di tengah pelaku pasar dan investor tanah air. Hal ini didasarkan pada tingkat suku bunga yang sering kali menjadi acuan atas performa dari aset pada portofolio investasi. Namun demikian, kenaikan tingkat suku bunga ini dapat menjadi peluang menarik untuk berinvestasi di beberapa kelas aset investasi.
Ekonom Senior PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) Emil Muhamad mengatakan bahwa keputusan BI untuk menaikkan tingkat suku bunga dipandang sebagai langkah yang patut diapresiasi. Hal ini merupakan langkah pre-emptive dan forward looking dari BI untuk menjaga perekonomian tanah air. Meski keputusan ini akan membawa dampak terhadap melemahnya beberapa instrumen investasi seperti pasar obligasi atau bond market yang diprediksi tidak akan mengalami rally dalam jangka pendek.
“Sebagai respon dari keputusan The Fed yang kembali mempertahankan tingkat suku bunganya atau The Fed Fund Rate (FFR), Bank Indonesia telah melakukan langkah yang tepat. Tentu di kondisi seperti ini diperlukan adaptasi oleh investor untuk mencari alternatif investasi yang berpotensi memberikan tingkat pengembalian yang baik di tengah tingginya suku bunga,” tambah Emil.
Direktur Bahana TCW, Danica Adhitama mengatakan di tengah tingkat suku bunga yang tinggi, investor perlu melakukan assessment terhadap risiko-risiko yang berpotensi muncul. Investor juga dapat mempertimbangkan untuk berinvestasi di instrumen yang cenderung berisiko rendah seperti reksa dana yang berinvestasi di pasar uang. Tingginya tingkat suku bunga saat ini akan mendorong kenaikan tingkat suku bunga deposito perbankan, sehingga reksa dana dengan underlying produk-produk di pasar uang akan memiliki prospek yang positif.
“Reksa Dana Pasar Uang (RDPU) dapat menjadi pilihan untuk jangka pendek di kondisi seperti saat ini dan dapat menjadi salah satu pilihan dalam melakukan diversifikasi inevstasi. Reksa dana pasar uang menghasilkan kinerja baik dalam setahun terakhir. Reksa dana pasar uang umumnya mengalokasikan investasinya pada instrumen jangka pendek seperti deposito dan obligasi dengan jangka waktu di bawah 1 tahun. Dengan risiko yang relatif rendah reksa dana jenis ini dapat menjadi pilihan yang tepat untuk investor yang mencari instrumen investasi yang stabil dengan return yang moderat.,” tambah Danica.
Di tengah fluktuasi kondisi perekonomian, kinerja reksa dana pasar uang mencatatkan pertumbuhan yang positif sepanjang April 2024. Merujuk pada data Infovesta Utama, reksa dana pasar uang mencatatkan return 0,39% pada April 2024. Sedangkan secara kumulatif, sejak awal tahun (YtD) return reksa dana pasar uang juga tercatat paling tinggi sebesar 1,53%.
Produk-produk reksa dana yang diampu oleh Bahana TCW juga menunjukkan kinerja yang positif. Beberapa produk RDPU Bahana TCW diantaranya adalah Bahana Likuid Plus dan Bahana Dana Likuid. Kedua produk ini adalah reksa dana yang berinvestasi pada instrumen pasar uang dan/atau Efek Bersifat Utang yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia dan korporasi yang berdomisili di Indonesia dengan jatuh tempo kurang dari 1 (satu) tahun.
Hingga April 2024, Bahana Likuid Plus telah mencatatkan tingkat pengembalian sebesar 1,83% sejak awal tahun (YtD). Sementara, Bahana Dana Likuid mencatatkan tingkat pengembalian sebesar 1,58% pada April 2024 (YtD).
“Perubahan kondisi yang dipicu kenaikan tingkat suku bunga memang menuntut kita untuk pintar mengatur strategi investasi agar return tetap optimal. Namun, perlu juga untuk tetap mempertimbangkan untuk mengalokasikan aset ke instrumen-instrumen investasi yang memiliki risiko sesuai dengan tujuan dan profil masing-masing investor. Dengan demikian fluktuasi yang terjadi kemungkinan besar tidak akan berdampak signifikan terhadap investasi kita,” tutup Danica.