Sebanyak empat badan usaha miik negara (BUMN) berkomitmen memberikan dukungan bahan baku dan modal bagi PT Industri Sandang Nusantara (Persero) guna mengembangkan pasar sarung dan industri tekstil.
Melalui sinergi BUMN ini maka Industri Sandang Nusantara (ISN) akan mendapatkan pembiayaan melalui PT Danareksa (Persero).
PT Surabaya Industrial Estate Rungkut berperan dalam pengadaan bahan baku, di mana PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) akan menjamin pengadaan bahan baku itu.
Sementara itu, Perusahaan Umum Jaminan Kredit Indonesia (Perum Jamkrindo) berperan sebagai penjaminan atas pembayaran.
“Kami harap bahwa ini merupakan awal yang baik serta komitmen bersama untuk berbakti kepada negeri,” kata Robby E Quento, Direktur Utama Industri Sandang Nusantara melalui keterangan tertulis, Minggu (12/8/2018).
Besaran pembiayaan yang akan dikucurkan maupun imbal jasa penjaminan dalam pembentukan pasar sarung dan industri tekstil ini sendiri belum diputuskan nilainya.
Kelima BUMN yang terlibat akan membentuk tim yang membahas kelanjutan model bisnis. Diperkirakan kredit dan bahan baku baru akan diterima ISN paling lambat dalam 1 tahun ke depan.
Dengan sinergi BUMN ini, ISN optimis dapat mengoptimalkan produktivitas serta meningkatkan omzet penjualan baik secara lokal maupun ekspor. Sebagai gambaran, bisnis tekstil memberikan potensi bisnis yang sangat besar.
Ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia telah mencapai nilai US$12,4 miliar pada 2017 . Capaian ini melebihi target dari Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) sebesar US$11,8 miliar.
Bisnis ini juga diyakini tumbuh di mana dalam proyeksi pemerintah, ekspor tekstil akan membawa devisa hingga US$15 miliar.
Aloysius Kiik Ro, Deputi Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN, menyebutkan sinergi 4 BUMN mendukung ISN akan direplikasi. Model bisnis ini mendatangkan bisnis bagi seluruh BUMN yang terlibat.
“Model kerja sama seperti ini yang ke depan perlu kami replikasi terus menerus. Dalam 4 tahun terakhir kementerian terus mendorong pola seperti ini,” katanya.
Aloysius menyebutkan setiap BUMN mempunyai keunggulan yang berbeda-beda sehingga sinergi model bisnis menjadi penting. Ia mencontohkan peran Danareksa sebagai penyedia pembiayaan jauh lebih cocok bagi ISN dibandingkan dengan jika harus menggunakan perbankan.
ISN yang masih berupaya untuk kembali bangkit setelah bertahun-tahun mengalami kerugian lebih cocok dibiayai lembaga nonbank yang memiliki fleksibilitas sangat tinggi.
“Berbeda dengan misalnya Industri Sandang harus ke Bank, belum tentu bisa seperti ini, karena ada regulasi-regulasi tertentu yang membatasi. Langkah yang diambil Danareksa dan Industri sandang ini sudah tepat. Bagi industri sandang, kerja sama ini adalah sebuah small step, untuk “taking off,” katanya.
Sumber bisnis.com