Biofarma menggandeng Sinovac untuk memproduksi vaksin Covid-19, saat ini pengujiannya sudah dalam tahap uji klinis, dan diperkirakan akan pakai vaksin dengan virus yang dimatikan.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengutip Profesor Kusnandi Rusmil menyebutkan bahwa ada tiga tipe virus yang diuji. Tipe 1 adalah sebagian tubuh virus diambil proteinnya, Tipe 2 Virus yang dilemahkan, dan Tipe 3 virus yang dimatikan.
“Tipe 1 dan 2 itu terlalu rawan kalau diujikan, sehingga sepertinya dipilih yang Tipe 3 atau virus yang dimatikan, setelah disuntikkan dia akan merangsang pasukan antibodi keluar dan berlimpah di badan kita, jadi nanti kalau ada Covid-19 masuk, pasukan antibodi ini siap melawan,” jelas Ridwan Kamil, Sabtu (15/8/2020).
Namun, ada kekurangan bagi vaksin Tipe 3 yaitu dosisnya yang harus disuntikkan dua kali, sehingga kapasitas produksi Biofarma jadi tantangan.
“Makanya Presiden minta kapasitas produksinya ditingkatkan dari 100 juta dari pabriknya jadi 250 juta, jadi setiap orang bisa dapat dua kali suntik,” kata Gubernur yang akrab disapa Kang Emil.
Lebih lanjut, keputusan tingkat keberhasilan uji klinis tahap ketiga di tiap negara berbeda-beda. Kang Emil mengungkap menurut Profesor Kusnandi yang ideal itu tingkat imunitas naik di atas 90 persen. Hal ini berbeda dengan keputusan tim uji vaksin di Amerika, Dokter Anthony Fauci yang mengatakan bahwa dalam situasi darurat imunitas naik 50 persen saja sudah baik, daripada tidak ada sama sekali.
“Ini lagi-lagi keputusannya politis lagi dari Presiden, apakah kalau naik 50-70 persen imunitasnya mau dilanjutkan produksinya, atau mau tunggu sampai bisa 90 persen, tap berarti tunggu lebih lama lagi. Sementara itu, mudah-mudahan dari 1.620 relawan yang sudah bergabung bisa menghasilkan keyakinan tingkat antibodinya bisa sampai 90 persen,” ujarnya.
Nanti, setelah vaksin berhasil diproduksi pun, Kang Emil menyebutkan masih ada kendala yang harus dihadapi, yaitu kurangnya tenaga medis untuk menyuntikkan vaksin yang ada, dan kalangan mana dulu yang mau diberikan vaksin.
“Kalau pakai tenaga yang ada sekarang, bisa selesai pertengahan 2022 dan pasti nanti ada rebutan, makanya harus ada distribution planning yang baik sehingga tidak membawa keributan di babak-babak selanjutnya,” jelas Kang Emil.
Di situasi seperti ini, dia mengusulkan agar TNI dan Polri bisa multitasking untuk ikut menjadi penyuntik, tetap harus dengan orang yang profesional.
“Dari hari ini sampai hari produksi saya mengusulkan pelatihan itu [penyuntikkan oleh TN dan Polri], nanti pas vaksinnya tiba mereka bisa dikerahkan menyuntikkan vaksin terutama di daerah-daerah yang sulit dijangkau,” ungkapnya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn