– Perusahaan pembiayaan kredit mikro pelat merah PT Permodalan Nasional Madani (Persero) menyatakan strategi tahun 2021 akan difokuskan untuk menjangkau sebanyak mungkin nasabah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Direktur Utama PT PNM Arief Mulyadi mengungkap selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang merupakan tangan kanan pemerintah, kuantitas terkait layanan memang menjadi target tersendiri, terutama untuk program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (PNM Mekaar).
“Jadi target kita yang jelas itu nasabah, Mekaar per hari ini sudah mencapai 7,8 juta nasabah, targetnya pada 2021 sampai 9,6 juta nasabah. Target cakupan wilayah juga kita diminta seluas-luasnya, sekarang memang sudah di 34 provinsi dan lebih dari 4.500 kecamatan lebih,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (29/12/2020).
Dengan target nasabah tersebut, program Mekaar dan Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) ditargetkan mencapai melebihi Rp25 triliun pada 2020, dan setidaknya mampu mencapai target sebelum pandemi di kisaran Rp28 triliun pada 2021.
Di atas kertas, kinerja PNM memang menjanjikan setelah sebelumnya terdampak cukup dalam oleh kondisi pandemi Covid-19. Jumlah nasabah Mekaar per November 2020, tercatat telah mencapai 7,58 juta atau naik 29,6 persen (year-on-year/yoy) dari November 2019 di 5,85 juta. Adapun, pada awal Desember 2020, jumlahnya telah naik lagi ke angka 7,73 juta nasabah.
Coverage area PNM pun terus meningkat dari 4.014 kecamatan dan 402 kabupaten pada 2019 menjadi 4.367 kecamatan dan 436 kabupaten, diiringi peningkatan kantor cabang Mekaar dari 2.169 menjadi 2.659 kantor.
“Karena Mekaar itu kan buat masyarakat prasejahtera, kondisi pandemi ini kan membuat kalangan ini bertambah. Yang jelas pemerintah berharap semakin luas semakin bagus. Representasinya dari jumlah nasabah yang kami biayai,” tambahnya.
Namun demikian, di samping indikator-indikator kuantitatif yang harus dicapai PNM, Arief menegaskan bahwa bangkitnya perekonomian dan UMKM pada 2021 diharapkan juga mendorong kualitas penyaluran kredit mikro perseroan.
“Sebagai gambaran, pada Juni kemarin hampir 57 persen nasabah kita minta restrukturisasi karena terdampak pandemi. Sekarang ini yang masih tinggal 10-11 persen saja,” ungkapnya.
Selain itu, Arief juga mengatakan keberadaan PNM sebagai tangan kanan pemerintah dalam program pemberdayaan masyarakat juga ikut berdampak pada kualitas nasabah. Menurutnya, PNM bukan hanya soal lembaga pembiayaan biasa, tapi juga merupakan lembaga yang memberikan nilai tambah serta meningkatkan kualitas hidup bagi para nasabahnya.
Baru-baru ini, PNM juga telah melangsungkan penandatanganan nota kesepahaman bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Nota kesepahaman ini harapannya mampu sebagai upaya bersama untuk mensinergikan pemberdayaan dan pengembangan UMKM di Indonesia melalui Pelatihan dan Pendampingan Usaha.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga mengatakan bahwa PNM lewat para karyawannya di lapangan merupakan wujud nyata kontribusi pada pemberdayaan perempuan.
“Komitmen PNM dalam memberikan pendampingan kepada pengusaha UMKM, kami wujudkan melalui program Pengembangan Kapasitas Usaha (PKU), di mana PNM secara berkala dan berkelanjutan memberikan pelatihan, pembinaan, motivasi dan lain sebagainya guna meningkatkan produktivitas dan kelas usaha nasabah binaan,” jelasnya.
Harapannya, ke depan Kementerian PPPA bersama PNM juga mampu memberdayakan lebih banyak kalangan, seperti perempuan penyintas, baik itu korban kekerasan ataupun korban bencana, serta perempuan kepala keluarga di Indonesia yang jumlahnya hampir 19 juta perempuan.
Sumber Bisnis, edit koranbumn