Pemerintah menetapkan kawasan ekonomi baru untuk menjadi sumber pertumbuhan ekonomi di Tanah Air. Ada 9 kawasan industri nasional, 10 kawasan industri baru, dan 19 smelter yang tengah dikembangkan saat ini. Kawasan industri prioritas nasional terdiri dari Sei Mangkai, Sadai, Bintan Aerospace, Galang Batang, Ketapang, Bombana, Buluminung, Teluk Weda, dan Teluk Bintuni.
Sementara itu untuk kawasan industri baru terdiri dari Kuala Tanjung, Kemingking, Tanjung Enim, Pesawaran, Way Pisang, Madura, Jorong, Batulicin, Tanah Kucing, dan Palu.
Kawasan ekonomi baru mendatangkan peluang juga bagi perbankan. Bank Negara Indonesia (BNI) pun akan mendukung kredit investasi di kawasan ekonomi baru ini.
“Hal ini penting karena perekonomian Indonesia sedang memasuki fase yang mudah-mudahan bisa pulih di 2021. Tentunya kehadiran kawasan ekonomi baru di berbagai daerah diharapkan menjadi pendorong bergeraknya perekonomian daerah, yang juga akan menjadi sumber pertumbuhan dan pemerataan ekonomi,” ujar Direktur Utama BNI Royke Tumilaar, dalam konferensi video pada Selasa (13/7).
Royke mengatakan, kawasan ekonomi akan menciptakan pertumbuhan industri baru, baik pertumbuhan investasi asing maupun domestik, dan penciptaan lapangan kerja di daerah tersebut. “Selain itu, pertumbuhan konsumsi masyarakat di daerah tersebut juga akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan pertumbuhan daya beli dan kesejahteraan masyarakat. Pada akhirnya, akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi di daerahnya,” tambah Royke.
Peran perbankan dinilai signifikan dalam mendukung pembangunan ekonomi nasional. Kontribusi perbankan dalam pembangunan dan pendanaan masih dominan, dengan kontribusi sekitar 60%.
Dibandingkan dengan sumber pendanaan lain seperti lembaga non-bank berkisar Rp 600 triliun, dan pasar modal berkisar Rp 126 triliun, sumber pendanaan dari perbankan mencapai Rp 5.400 triliun.
Royke mengatakan, perbankan juga memiliki kontribusi yang besar dalam mengembangkan investasi melalui penyaluran kredit investasi. “Kredit investasi perbankan yang disalurkan ke daerah di Indonesia sampai dengan April 2021 sudah mencapai Rp 1.400 triliun. Alokasi kredit perbankan masih dominan di area Pulau Jawa dengan angka kurang lebih Rp 1.150 triliun, atau hampir 80% dari alokasi kredit nasional,” kata Royke.
Royke juga mengatakan bahwa masih terdapat ruang bagi perbankan untuk turut membiayai proyek investasi di kawasan ekonomi baru, khususnya yang berada di luar Pulau Jawa.
Meski begitu, BNI akan selektif untuk sektor-sektor tertentu, agar kualitas kredit tetap terjaga. “BNI memiliki beberapa sektor potensial ekonomi, baik di industri manufaktur, agribisnis, dan konstruksi. Bukan berarti sektor lain diabaikan, tetapi secara selektif kita tumbuh. Total penyaluran kredit BNI di tiga sektor ini berkisar Rp 215 triliun, atau menyumbang sekitar 46% dari total business banking BNI,” jelas Royke.
Yang menjadi tantangan adalah karena pandemi Covid-19 masih berlangsung, sehingga perputaran ekonomi di kawasan industri baru juga akan masih melambat. Royke juga bilang, terjadi penundaan beberapa proyek infrastruktur yang berdampak pada meningkatnya non performing loan (NPL).
Sumber Kontan, edit koranbumn