Sisa beras impor yang masuk pada tahun 2018 masih cukup besar, mencapai 900 ribu ton. Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, mengklaim kualitas beras masih terjaga dan aman dikonsumsi masyarakat.
“Kita menyimpan beras eks impor sebaik mungkin dan mutu maish terjamin. Karena apa? memang beras impor itu kualitasnya bagus,” kata Budi saat meninjau Gudang Beras Bulog Wilayah DKI Jakarta dan Banten, Kamis (27/2).
Buwas menyebut, kualitas beras impor lebih bagus dari beras lokal karena melalui proses pengolahan yang sempurna. Dimulai dari tahap pengeringan saat masih dalam bentuk gabah hingga ke proses penggilingan dan pengemasan menjadi beras siap konsumsi.
Meski telah berusia hampir dua tahun, Buwas memastikan kualitas beras impor tersebut tetap terjaga selama suhu kelembaban gudang penyimpanan terjaga. Adanya bencana banjir yang melanda sejumlah wilayah juga tidak sampai merendam gudang-gudang Bulog di Jakarta.
“Sebenarnya sih, beras itu harus segera digunakan. Karena apa? Walaupun kita melakukan perawatan, beras itu pasti ada perubahan-perubahan,” ujarnya.
Salah satu perubahan yang dimaksud yakni mengenai penyusutan volume beras. Sebab, pengolahan dilakukan dengan cara beras ke beras sehingga penyusutan tidak bisa dihindari. Setidaknya, kata Budi, setiap dilakukan pengolahan beras ke beras akan menyebabkan penyusutan 17 persen setiap kilogramnya.
Seperti diketahui, total volume beras impor yang didatangkan oleh Bulog sepanjang tahun 2018 sebanyak 1,8 juta ton. Sebanyak 900 ribu ton telah habis terjual sedangkan sisanya menumpuk di gudang Bulog dan menjadi beban perusahaan.
Adapun keputusan impor saat itu diambil oleh pemerintah menyikapi tingginya harga beras saat awal tahun 2018. Bulog kemudian ditugaskan oleh pemerintah untuk mengimpor beras dengan alokasi total sebanyak 2 juta ton.
Sumber Republika, edit koranbumn