PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI memproyeksikan arus kas bakal negatif hingga Rp3,44 triliun pada akhir tahun ini, sehingga berharap dana talangan Rp3,5 triliun dapat segera cair guna menjaga keseimbangan neraca keuangan.
Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Didiek Hartantyo mengatakan adanya pandemi Covid-19 langsung memukul arus kas operasional dengan proyeksi akhir tahun negatif Rp2,48 triliun, dengan pembayaran bunga dan beban keuangan mencapai Rp920 miliar serta pajak penghasilan yang harus dibayarkan sebesar Rp479 miliar.
“Kami memproyeksikan arus kas hingga akhir 2020 akan negatif hingga Rp3,44 triliun. Proyeksi ini dengan menggunakan skenario apabila Covid-19 berjalan hingga Agustus 2020,” jelasnya, Rabu (8/7/2020).
Pihaknya mengembangkan tiga skenario, yakni optimistis jika Covid-19 berakhir pada Juni 2020, moderat berakhir pada Agustus 2020, dan skenario terburuk berakhir hingga Desember 2020.
Sebelum pandemi menyebar di Indonesia pendapatan KAI secara tunai masih normal pada Januari dan Februari 2020 masih dalam tahap normal yakni masing-masing Rp2,3 triliun dan Rp1,2 triliun. Namun pada Maret 2020 pendapatan tunai KAI mulai turun di angka Rp890 miliar dan berlanjut hingga Mei Rp870 miliar.
Sementara pembayaran kepada pemasok dan karyawan senilai Rp1,7 triliun pada Januari 2020, Februari 2020 hingga Rp 749 miliar, dan Maret senilai Rp1,4 triliun. Diikuti Rp1,2 triliun pada April 2020 dan Mei 2020.
Alhasil arus kas yang dihasilkan dari operasi pada Januari dan Februari masih positif masing-masing senilai Rp606 miliar dan 485 miliar. Defisit mulai terasa pada Maret 2020 hingga Rp584 miliar dan berlanjut pada April senilai Rp526 miliar, dan Mei Rp337 miliar.
“Inilah yang setelah kami lakukan efisiensi dan arus kas berdasarkan skenario. Maka KAI masih membutuhkan dana Rp3,5 triliun untuk menjaga arus kas operasional supaya positif di 2020 ini,” tekannya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn