Obligasi korporasi ritel rupanya masih jadi instrumen investasi yang baru bagi masyarakat Indonesia. Kendati antusiasme secara umum naik, namun dari sisi penjualan justru belum maksimal.
Hal ini dapat terlihat dari proses penawaran dan penjualan Obligasi Berkelanjutan V Sarana Multigriya Finansial Tahap V Tahun 2021 milik PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) yang ditawarkan melalui BRI Danareksa Sekuritas.
Direktur Utama BRI Danareksa Sekuritas Friderica Widyasari Dewi mengatakan, dalam tahap awal pemasaran obligasi korporasi ritel, minat nasabah ritel secara umum sudah mulai antusias. Ia berkaca dari banyaknya pertanyaan yang muncul sehubungan dengan penawaran obligasi ritel SMF.
Di sisi lain masih banyak juga nasabah yang belum familiar dengan penawaran IPO obligasi korporasi ritel. Namun menurutnya kondisi ini masih sangat wajar mengingat obligasi korporasi ritel memang hal yang tergolong baru.
Sayangnya, antusiasme yang mulai tinggi tak berbanding lurus dengan penjualan obligasi ritel SMF.
“Sejauh ini penjualan memang masih belum memenuhi ekspektasi kami, masih banyak nasabah yang belum familiar dengan proses pemesanan serta waktu penawaran yang cukup terbatas. (Obligasi korporasi ritel) memang masih butuh waktu untuk sosialisasi dan edukasi lebih lanjut,” kata Kiki, sapaan akrab Friderica Widyasari Dewi
Masa penawaran obligasi SMF kepada nasabah ritel ini sudah ditutup pada 21 Januari 2020. Namun, Kiki mengaku belum bisa mengumumkan detail hasil penjualan obligasi korporasi SMF ritel ini.
Hasilnya baru bisa diumumkan ketika pendaftarannya sudah mendapat efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Jika mengacu jadwalnya, maka hasil baru bisa diketahui pada 3 Februari mendatang.
Setelah mendapat perizinan dari OJK, obligasi SMF nantinya akan ditawarkan kepada nasabah institusi pada 4-5 Februari. Kiki mengungkapkan, penawaran umum ini nanti dapat dijadikan sebagai momentum untuk edukasi sekaligus sosialisasi ke masyarakat.
“Jadi sekalian disampaikan kepada khalayak ramai bahwa saat ini dan ke depannya, obligasi korporasi bukan hanya menjadi pilihan investasi bagi nasabah Institusi, namun juga nasabah ritel. Apalagi caranya juga mudah karena secara online dan murah karena minimal pembelian hanya Rp 1 juta,” imbuh Kiki.
Sementara Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menyebut bahwa obligasi korporasi ritel SMF sebenarnya menarik.
Asal tahu saja, untuk yang tenor tiga tahun, SMF menawarkan kupon dengan rentang 5,75% – 6,75% dengan rating AAA.
Dengan asumsi kupon menggunakan batas bawah, besaran tersebut masih lebih besar dibanding imbal hasil ORI019 yang hanya 5,57%. Dari segi risiko, Ramdhan juga meyakini obligasi SMF bisa dibilang jauh dari kata default.
“Faktor yang membuat penjualan kurang maksimal itu karena obligasi korporasi ritel tidak punya penetrasi yang dalam dan besar layaknya SBN. SBN ritel kan punya mitra distribusi puluhan, sementara SMF hanya lewat BRI Danareksa, ini jelas membatasi cakupan pasarnya,” ujar Ramdhan.
Lebih lanjut, faktor lain yang bisa berpengaruh adalah sifat obligasi korporasi ritel yang tidak terlalu likuid. Hal ini pada akhirnya bisa mempengaruhi minat investor terhadap obligasi korporasi ritel.
Sumber Kontan, edit koranbumn