PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) menjelaskan sejumlah faktor yang akan memberikan sentimen positif bagi keberlangsungan industri penerbangan pada sisa tahun ini.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan secara internal, Garuda Indonesia selalu membuat proyeksi atas kinerja perseroan untuk setiap semester. Namun, dalam situasi pandemi saat ini dan pembatasan pergerakan membut maskapai pelat merah tersebut meragukan keakuratan proyeksi internal tersebut.
Irfan berpendapat dengan memproyeksikan berbasis kondisi terbaru saat ini, tentu saja terlalu konservatif. Emiten berkode saham GIAA menjelaskan ada beberapa hal yang sangat diharapkan bisa memberikan sentimen positif bagi pihaknya. Pasalnya harapan Garuda sempat pupus lantaran periode ibadah Haji tahun ini terlewatkan begitu saja.
“Tapi yang menjadi pertanyaan terbesar kita adalah apakah betul umroh akan buka pada Oktober ini langsung dari Indonesia ini. Kita tahu, begitu umroh buka swing daripada pendapatan kita akan cukup jauh, karena antrian untuk umrah ini sudah sangat tinggi,” ujarnya, Jumat (20/8/2021).
Sentimen positif lainnya, jelasnya, adalah terkait dengan bagaimana pembatasan dalam negeri khusunya antar pulau. Pasalnya hingga saat ini, Irfan menyebutkan tes Antigen hanya diperkenankan untuk antigen Jawa-Bali tetapi persyaratan tes PCR masih diwajibkan di luar Pulau Jawa-Bali.
Oleh karena itu, dia berharap tidak lama lagi syarat perjalanan yang menunukkan kewajiban vaksin dan antigen menjadi syarat yang lebih mudah dibandingkan vaksin dan tes PCR. Dia juga percaya bahwa nantinya ketika jumlah masyarakat yang sudah vaksin sebanyak dua kali juga akan memberikan dampak yang lebih baik bagi industri penerbangan.
“Jadi varibelnya terlalu beragam dan kami agak khawatir menyampaikan outlook tahun ini,” jelasnya.
Irfan juga memaparkan sebelum penerapan PPKM di mulai pada 3 Juli 2021, rata-rata jumlah penumpang Garuda Indonesia mencapai 12.000 penumpang per hari. Namun, sejak diterapkan pembatasan menjadi sebanyak 2.000 penumpang per hari.
Kondisi tersebut, menurutnya, memang jauh menurun dari sebelum PPKM.
“Tapi angka 2.000 ini cukup hebat dibandingkan pada tanggal 1 Syawal 2021 jumlah penumpangnya hanya 700,” jelasnya.
Sebagai informasi, Garuda Indonesia mencatat jumlah penumpang sepanjang 2020 atau masa pandemi tahun lalu hanya mencapai 10,8 juta penumpang. Jumlah tersebut turun hingga 66,1 persen dibandingkan pada 2019 atau sebelum pandemi yang sebanyak 31,9 juta penumpang.
Sumber Bisnis, edit koranbumn