Direktur Utama PT Timah Tbk. (TINS) Mochtar Riza Pahlevi Tabrani menyampaikan kemajuan pengembangan pengolahan komoditas rare earth atau logam tanah jarang.
Riza mengungkapkan bahwa sejak 2015, perseroan telah mampu melakukan pemisahan monasit, salah satu mineral tanah jarang, melalui pabrik uji cobanya di Tanjung Ular, Bangka Barat.
“Kami sudah punya pilot project plant rare earth di Bangka Barat. Sudah sejak 5 tahun kami sudah pisahkan monasit, mineral ikutan bijih timah menjadi mineral individu,” ujarnya dalam rapat dengar pendapat di Komisi VI DPR, Selasa (29/9/2020).
Hanya saja, kata Riza, dari sisi tingkat kemurnian dan volumenya belum bisa digunakan untuk skala komersial. Perseroan masih terus melakukan kajian mengenai pengembangan proyek logam tanah jarang tersebut.
“Hari ini yang kami lakukan adalah kami terus mencari teknologi, ada beberapa teknologi pengolahan rare earth. Rare earth sendiri staging-nya ada empat. Mulai dari pemecahan, terus individual, kemudian jadi rare earth metal dan rare earth alloy. Kami sedang melihat sampai tahap mana kami akan masuk,” katanya.
Perseroan, lanjut Riza, saat ini juga tengah melakukan validasi ulang cadangan monasit yang ada di wilayah kerja Timah.
Logam tanah jarang merupakan mineral ikutan yang berasal dari proses penambangan bijih timah. Kegunaannya antara lain, sebagai bahan baku berbagai produk elektronik, seperti layar TV, laptop, dan telepon genggam.
Sumber Bisnis, edit koranbumn